Materi-Materi Screening LK II HMI
NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
.
1.
DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan.
Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya.
Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi
selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus
merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar.
Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan
berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam
kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan
masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang
lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah
satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk
kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur
baur.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa
kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga
dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota
masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap
mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam
kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan
peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan
diperlukan sebagai sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi
nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru
merugikan peradaban.
Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan
peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap
bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan
yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai
dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal
dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang
kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan
pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk
kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu
kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia
membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala
akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk
pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti
tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk
manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah
Tuhan. Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia
dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis,
pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia,
maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat
Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia
memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang
bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih
tinggi namun tidak bertentangan denga insting dan indera.
Sesuatu yang diperlukan itu adalah
"Wahyu" yaitu pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan
sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan
sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga
wahyu tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia
tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi
dan Rasul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk
menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rasul dan nabi itu telah
lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak
Mariam sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi tiada
Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rasul itu adalah manusia biasa dengan
kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.
Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW
terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata
Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari
segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu
kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan tentang segala
sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang
tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain (16:89).
Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan
ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih
dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua
memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa
Muhammad adalah Rosul Allah.
Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih
lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis
besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara
lain: surat Al-Ikhlas (112: 1-4) menerangkan secara singkat; katakanlah :
"Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat
menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa”. Selanjutnya
Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih
dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat
kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru
sekalian Alam.
Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama
dan yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin (57:3), dan "kemanapun
manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan" (2:115). Dan "Dia itu
bersama kamu kemanapun kamu berada" (57:4). Jadi Tuhan tidak terikat ruang
dan waktu.
Sebagai "yang pertama dan yang
penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada,
termasuk tata nilai. Artinya; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada
kebenaran dan berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada
kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau
"ridhanya". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang
sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian
yang lain).
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya,
dan mengaturnya dengan pasti (6:73, 25:2). Oleh karena itu alam mempunyai
eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang
tetap. Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam
mengandung kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (23:14). Nilai
ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya (31:20)).
Maka alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum
Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam
sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (10:101).
Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan
idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai
eksistensi riil dan obyektif, mulainkan semua palsu atau maya atau sekedar
emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau
nirwana (38:27). Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang
mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat
materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif
sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa
alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah
satu sudut daripada filsafat materialisme.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang
tertinggi (95:4, 17:70). Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan
"Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi (6:165). Manusia ditumbuhkan dari
bumi dan diserahi untuk memakmurkannya (11:61). Maka urusan di dunia telah
diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas
segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan
peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah,
dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".
Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti
(sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai
alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada
sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan
pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri
(33:72). Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan.
Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah
"perubahan dan perkembangan", sebab: segala sesuatu ini adalah
ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada
henti-hentinya (29:20). Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju
kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan
sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu (28:88). Di dalam memenuhi tugas
sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan itu menunju
kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu berorientasi
kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu
(17:72). Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional
yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenarannya (17:26).
Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang
disemangati oleh iman dan diterangi oleh ilmu (58:11). Bidang iman dan
pencabangannya menjadi wewenang wahyu, sedangkan bidang ilmu pengetahuan
menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan
dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai
kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini
sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat
ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud
yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan, dan
Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam. Sikap
memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan
sendiri. - Tuhan Allah Yang Maha Esa (41:37).
Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut
"syirik" artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya
atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan
peradaban kemanusiaan menuju kebenaran.
Kesudahan sejarah atau kehidupan duniawi ini ialah
"hari kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak
lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut
juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya
pemilik dan raja (1:4, 22:56, 40:16). Disitu tidak lagi terdapat kehidupan
historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah
pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi
atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah (2:48). Selanjutnya kiamat
merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin kita ketahui selain
daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan kelanjutannya /
kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan percaya tanpa
kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya (7:187).
2. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN
Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah
puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di
bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa
sifat atau kegiatan yang ada padanya, mulainkan suatu keseluruhan susunan
sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja
yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati
cenderung kepada kebenaran (Hanief) (30:30).
"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar
keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah
kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
(51:56, 3:156). Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang
secara asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan
memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia
sejati.
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal
perbuatanya (19:105, 53:39). Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan
berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit
(61:2-3). Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan
melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan
hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui
amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan
(16:97, 4:111).
Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani
dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan
dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi
keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang
merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa
perubahan kearah kemajuan-kemajuan - baik yang mengenai alam maupun masyarakat
- yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya (29:6).
Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan,
keindahan dan kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan
berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup
berperadaban dan berkebudayaan (39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan
kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas,
berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun
datangnya (6:125). Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar,
penahan amarah dan pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia
yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan
selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang
kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan
kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal
perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan
kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki
dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan
kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara
kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan
dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk
dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara
kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan
politik maupun dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan
kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan
kebenaran (98:5).
Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal
perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran
langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni (2:207, 76:89). Suatu
pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi
kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang
nilainya lebih rendah (pamrih) (2:264). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai
kemanusiaan pelakunya dan memberinya kebahagiaan (35:10). Hal itu akan
menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal
akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci
kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan
keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang
memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci.
3. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN
UNIVERSAL (TAKDIR)
Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa
kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong
oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih
sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani.
Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari
perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran
terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan
abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek
pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus
dipikul secara individual, dan komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek
kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, mulainkan hanya menerima
akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di
akherat tidak terdapat pertanggung jawaban bersama, tapi hanya ada pertanggung
jawaban perseorangan yang mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai
individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi
individu kembali.
Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang
pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada
nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir
dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya
yang pertama dan asasi.
Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang
asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun bersifat
sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia
sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah
sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang
merupakan satu kesatuan.
Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk
pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah
esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja
merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan.
Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap
menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia
sendiri - yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia.
Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau
"kepastian umum" dan “takdir” (57:22).
Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam
kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal
yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang
kepada dunia sekitarnya? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab
penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan
adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum
suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum
atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya
suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang
adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha
yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.
Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu,
juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang
ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang
integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain
kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa
adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka
dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi
dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah
dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun terdapat keharusan universal
atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan
menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu
kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir
akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu
kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab
segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, mulainkan juga
kepada keharusan yang universal itu (57:23).
4. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN PERIKEMANUSIAAN
Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara
individu manusia dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab
penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tetapi jelas
pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya ialah
kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari
dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada
kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian
kepada-Nya.
Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan
apabila demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup
yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan
tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu? Ada,
sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada. Karena sikapnya
yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu
secara mutlak pula.
Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut
kebenaran mutlak itu "Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian Bab I,
Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah (31:30). Karena
kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran (3:60). Maka dia adalah
Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran
tentang Tuhan YME.
Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang
ber-ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang
dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna
memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya. Sebagaimana
kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya
tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup
dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna
mendapat pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan
"karena Allah" itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan
(92:19-21).
Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini
percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan
diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut
Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME (3:19).
Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia
atau sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia
yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME (33:39).
Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan
kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan
bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia bertauhid
adalah manusia yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak
mengenal batas.
Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya
adalah keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki
seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan
dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan.
Pembagian kemanusiaan yang tidak selaras dengan
dasar kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain ialah pemisahan
antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan
ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula sebaliknya,
anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang
menjadi: manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan.
Kepribadian yang pecah berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality)
yang homogen dan harmonis pada dirinya sendiri: jadi berlawanan dengan
kemanusiaan.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan
atau kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri
dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata (26:226). Kecintaan kepada Tuhan
sebagai kebaikan, keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya
memancar dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan
masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa
kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh"
(harfiah: pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran
langsung daripada iman (lihat Qur’an: aamanu wa’amilushshaalihaat, tdk kurang
dari 50 x pengulangan kombinasi kata). Jadi Ketuhanan YME memancar dalam
perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan
kepada kebenaran maka tidak ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME.
Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan adalah tidak sejati (24:39). Oleh karena itu
semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho daripada-Nya adalah dasar
peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya
membawa keruntuhan peradaban (9:109).
"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid,
secara harafiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan.
Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain
kebenaran baik kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang
meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada
kemanusiaan (31:13). Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan orang
karena syirik (6:82). Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia menghambakan diri
kepada motif yang mendorong dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik seseorang
mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya (Hadist, “sesunggunya
sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian adalah syirik kecil,
yaitu riya - pamrih”. Rawahu Ahmad, hadist hasan). Dia bekerja bukan karena
nilai pekerjaan itu sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan
kebenaran, tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.
"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik.
Seseorang yang menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia
maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi
setingkat dengan Tuhan (3:64). Demikian pula seseorang yang menghambakan
(sebagaimana dengan tiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat
dirinya sendiri setingkat dengan Tuhan (28:4). Kedua perlakuan itu merupakan
penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang
lain.
Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang
adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang
yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga
menghambakan dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik
(ikhsan). Maka ketuhanan menimbulkan sikap yang adil kepada sesama manusia
(16:90).
5. INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan
adalah masing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak
asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan
itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan
tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mungkin
memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah sesamanya
dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu.
Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi
diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul
perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya (43:32). Sebenarnya
perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri: sebab kenyataan yang
penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural menghendaki
pembagian kerja yang berbeda-beda (5:48).
Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan
masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggotanya
saja (92:4). Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan
yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk memilih dari
beberapa kemungkinan dan untuk berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan
lainnya (17:84, 39:39). Peningkatan kemanusiaan tidak dapat terjadi tanpa
memberikan kepada setiap orang keleluasaan untuk mengembangkan kecakapannya
melalui aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya.
Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia
adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat
baik kepada sesamanya, tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya
pertentangan yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa
nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan
orang karena mengikuti hawa nafsu (12:53, 30:29).
Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu
juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan
tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak
antara sesama manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan.
Realisasi persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak
terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang,
kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan,
kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan
kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang
kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu
bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua
nilai yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak
bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan
tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk
masyarakat yang bahagia (5:2).
Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang
tidak mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah
bukanlah penyerahan pasif. Tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri.
Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik)
bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia (99:7-8). Manusia
merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini
(dalam sejarah) dalam hidup kemudian - sesudah sejarah (9:74, 16:30). Semakin
seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab dengan
kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk masyarakat semakin ia
mendekati tujuan (29:69).
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang
nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai
kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki
dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini
ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya
persamaan dan kehormatan bagi setiap orang (49:13, 49:10).
6.
KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI
Telah kita bicarakan tentang hubungan antara
individu dengan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling
bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada
perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan
dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang
bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan
pribadinya.
Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam
itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi (92:8-10). Sudah barang tentu
menghancurkan masyarakat dan meniadakan kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan
keadilan dalam masyarakat (5:8). Siapakah yang harus menegakkan keadilan, dalam
masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam
prakteknya diperlukan adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena
kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan
keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan
serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan (2:104).
Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah
rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak terbatas pada
Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu
adalah pimpinan masyarakat; atau setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang
yang seharusnya memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan,
menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya, dan dalam jangka waktu yang
sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi
kesadarannya akan tanggung jawab sosial.
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting,
dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh
sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula
dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah guna
melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan perusakkan
terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya setiap orang
mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan
yang diperoleh melalui demokrasi.
Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing
pribadi yang ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri
(Hadist: “kullukum raain wakullukum mas uulun ‘an raiyyatih” -Bukhari &
Muslim). Oleh karena itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang
lahir dari masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan
rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan dan martabat kemanusiaan
tidak terganggu (42:28, 42:42). Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada
ditangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung jawab pada rakyat.
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas
keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas
(hawa nafsu). Adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial
untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia.
Menegakkan keadilan adalah amanat rakyat kepada pemerintah yang musti
dilaksanakan (4:58). Ketaatan rakyat kepada pemerintah yang adil merupakan
ketaatan kepada diri sendiri yang wajib dilaksanakan. Didasari oleh sikap hidup
yang benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan
kepada Tuhan (Kebenaran Mutlak) dan Rasulnya (pengajar tentang Kebenaran)
(4:59). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada
kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME (5:45).
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan
berpengaruh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekeyaan
diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian
yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal
batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan
tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh
ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan
kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak
(57:20). Karena kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang
pemisah antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses selanjutnya -
yaitu bila sudah mencapai batas maksimal - pertentangan golongan itu akan
menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan
peradabannya (17:16).
Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan
kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun
realitas selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan
fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah
yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari kezaliman.
Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin
dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran
kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang benar. Pertentangan antara
kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan kezaliman dan
yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menang terhadap kebhatilan, maka
pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar bagi kaum miskin,
kemudian mereka memegang tampuk pimpinan dalam masyarakat (4:160-161,
26:182-183, 2:279, 28:5).
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah
penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat
memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena kemiskinan,
kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk
memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh karena itu
menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha
akumulasi kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat (2:278-279). Sesudah
syirik, kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan
beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak
mengikuti jalan Tuhan (104:1-3). Maka menegakkan keadilan inilah membimbing
manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap
orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat
(amar ma'ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk penindasan
kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar).
Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau cara-cara
memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak
bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan)
sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang munkar
diharamkan) (3:110).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada
dalam suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal
ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya
dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat
dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata
(61:2-3).
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat
diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja
menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu.
Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu selanjutnya
lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai
kapital tetapi kapital itulah yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah
menggenggam dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan
dan kebengisan.
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja
dengan amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga
melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai
kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang
merupakan pendidikan yang kontinyu, sebagai bentuk formil peringatan kepada
tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan
membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan
kemungkaran (29:45). Jadi sembahyang merupakan penopang hidup yang benar
(Hadist: “sembahyang adalah tiang agama. Barangsiapa mengerjakannya berarti
menegakkan agama. Barangsiapa meninggalkannya berarti merobohkan agama”
-Baihaqi). Sembahyang menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk
pemenuhan kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang
mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak
(31:30). Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan. Dalam
hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan kejahatan
fundamental terhadap kemanusiaan.
Dalam masyarakat yang adil mungkin masih terdapat
pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi
dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian dengan pertautan kekayaan dan
kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya pemilikan pribadi
(private ownership) atas harta kekayaan dan adanya perbedaan - perbedaan tak
terhindar dari pada kemampuan - kemampuan pribadi, fisik maupun mental (30:37).
Walaupun demikian usaha - usaha kearah perbaikan
dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan oleh
masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah perbedaan
kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang - orang kaya dalam jumlah
presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin (9:60). Zakat dikenakan
hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah, dan halal saja. Sedang harta
kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus dijadikan milik umum
guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh pemerintah. Oleh karena
itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu
masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak
lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram, dimana penindasan atas
manusia oleh manusia dihapuskan (2:188).
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta
kekayaan itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan
itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak
bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan
konfiskasi.
Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan
dalam batas - batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak
melebihi rata - rata penggunaan dalam masyarakat (25:67). Penggunaan yang
berlebihan (tabzier atau israf) bertentangan dengan perikemanusiaan (17:26-27).
Kemewahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam
masyarakat membuat akibat destruktif (17:16). Sebaliknya penggunaan kurang dari
rata-rata masyarakat (taqti) merusakkan diri sendiri dalam masyarakat
disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan untuk
manfaat bersama (47:38).
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada
hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan (10:55). Manusia
seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian
yang wajar dari padanya (7:10).
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya
bersifat relatif sebagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri
harus sejalan dengan yang dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum (57:7).
Maka kalau terjadi kemiskinan, orang - orang miskin diberi hak atas sebagian
harta orang - orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga
(70:24-25). Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi kehidupan
keluarga dan memberinya bantuan dan dorongan. Negara yang adil menciptakan
persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi
agar diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan
kainginan-keinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas
kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus
membuka jalan yang mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan
yang wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang
pantas.
7. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan,
dapatlah disimpulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci
adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh (95:6).
Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya
kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikanya satu-satunya
tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu
menimbulkan kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang
menyatakan dirinya dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan
menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan
kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi
bagaimana hal itu harus dilakukan manusia?.
Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan
ialah gerakan kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah
adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya
berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu. Demikianlah segala sesuatu
berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak
(Tuhan) (28:88). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber atau dijabarkan
dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan (6:57).
Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka,
ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju kedepan
(progresif). Dia adalah dinamis, tidak statis. Dia bukanlah seorang
tradisional, apalagi reaksioner (17:36). Dia menghendaki perubahan terus
menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencarai
kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-kebenaran itu
menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah umat manusia.
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari
dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun
kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam
perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran
mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika
mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri (41:53).
Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal
soleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas
kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada
Tuhan Yang Maha Esa (35:28). Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia
mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (58:11).
Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai
oleh manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri.
Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan
pengarahan. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya
kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin
dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan
menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi
kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan kecuali
mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio (45:13).
Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan
hukum-hukum yang tetap (3:137). Hukum sejarah yang tetap (sunatullah untuk
sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa manusia akan menemui kejayaan jika
setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang
daripadanya dengan menuruti hawa nafsu (91:9-10).
Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga
terus-menerus maju kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah
pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti
masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang (12:111). Menguasai dan
mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya dan membimbingnya
kearah kemajuan dan kebaikan.
8. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dari
seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis besar
sbb:
1.
Hidup yang benar
dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat
serta kecintaan kepada-Nya, yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang
statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk
kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa
bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang
sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan
berbudaya.
2.
Iman dan takwa
dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada
Tuhan. Ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan
berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang
hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi
wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya.
Ibadat yang terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di
tengah alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia tidak melebihkan diri sehingga
mengarah kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan kemanusiaan orang lain, dan
tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat
perbudakan diri kepada alam maupun orang lain Dengan ibadah manusia dididik
untuk memilki kemerdekaannya, kemanusiaannya dan dirinya sendiri, sebab ia
telah berbuat ikhlas, yaitu pemurniaan pengabdian kepada Kebenaran semata..
3.
Kerja
kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yanag
sungguh - sungguh secara essensial menyangkut kepentingan manusia secara
keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu. Yaitu menegakkan keadilan
dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya
sebagai manusia. Hal itu berarti usaha - usaha yang terus menerus harus
dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih
maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf”, disamping usaha lain
untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan
atau nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah
pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha -
usaha kearah penungkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak
sebagai manusia.
4.
Kesadaran dan
rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap
berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam
bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan.
Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan
pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam
masyarakat manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan
adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat
satu sama lain oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap
yang tegas kepada musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi
kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang
benar, mereka tidak memaksakan kepada orang lain atau golongan lain.
5.
Kerja
kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan yang permanen.
Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar.
Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan
peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus mendalami dan
selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan
tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa
kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban.
Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu mengungkapkan
perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan berbudaya. Kemudian
mengambil dan mengamalkan diantaranya yang terbaik.
Dengan demikian,
tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu beriman, berilmu dan
beramal.
MATERI KONSTITUSI HMI
Materi Konstitusi HMI
KONSTITUSI HMI
A. Pengertian
Bentuk peraturan perundangan tertinggi yang menjadi dasar dan sumber bagi semua peraturan perundangan dibawahnya dalam suatu negara/organisasi.
Konstitusi = aturan pokok
Hukum-hukum pokok:
Alquran dan hadist > Islam
Pancasila dan UUD 1945 > Indonesia
AD / ART > Organisasi
Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah tindakan dan program (sebagai dasar pijakan). Bentuknya merupakan naskah tertulis yang merupakan peraturan perundangan tertinggi yang berlaku dalam satu negara/organisasi. Isinya merupakan aturan yang bersifat fundamental, artinya tidak semua masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersipat pokok, dasar atau azaz-azaznya saja. Sifat-sifat konstitusi adalah universal, fleksibel, dan luwes.
B. Ruang Lingkup Konstitusi
1. Mukadimah Anggaran Dasar
Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran
o Monoteisme; konsep tauhid terdapat pada mukadimah, pasal 22, 23, 42, dan akhir pasal 47
o Persatuan dan kesatuan; terdapat pada pasal 1, 15, 17, 25, dan 37.
o Persamaan dan keadilan ; terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, 40
o Kebebasan beragama; terdapat pada pasal 25
o Bela negara; tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
o Pelestarian adat yang baik; terdapat pada pasal 2-10, adat yang dipertahankan seperti gotong royong dalam pembayaran diat, dan tebusan tawanan.
o Mukadimah AD HMI
Alinea I
o Islam agama yang haq dan sempurna (Ali Imran 19)
o Fitrah manusia; Hanif/cenderung kepada kebenaran (Al ‘Araf 172)
“Ketika ditanya oleh Allah siapa Tuhan-mu, bukankah Aku”
“Betul engkau tuhan kami, kami menjadi saksi”
Hadist nabi:
“Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah, siap menerima kebenaran) islam”
1. Khalifah fil ardl (Al Basqarah 30)
2. Pengabdian diri (Az Zariat 56)
Alinea II
o Azaz keseimbangan (Al Qasas 77)
o Duniawi – ukhrowi, individu – social, iman, ilmu, dan amal
Hadist nabi :“Beramalah kamu seolah-olah kamu akan mati besok pagi, dan berusahalah kamu seolah-olah kamu hidup selamanya”
Alinea III
1. Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT (At Taubah 41, Al Baqarah 105, Yunus 25)
2. Ummat islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi ummat islam) (Al Anfal 61, Ar Raad 11, )
3. Adil dan makmur
Alinea IV
1. Fungsi generasi muda Islam
2. Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az Zariat 56).
2. Masalah keanggotaan
Anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada perguruan tinggi dan atau sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang/Pengurus Besar HMI. Masa keanggotaan adalah terhitung sejak seseorang dinyatakan lulus Basic Training dan berakhir maksimum 5 (lima ) tahun kemudian untuk program S0 dan 7 (tujuh) tahun untuk S1. Anggota terbagi atas Anggota muda yaitu orang yang telah ikut MAPERCA, anggota Biasa yaitu orang yng talah lulus Basic Training, anggota kehormatan yaitu orang yang berjasa yang telah ditetapkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Besar HMI. Status keanggotan dapat dinyatakan habis apabila telah habis masa keanggotaanya, meninggal dunia, mengundurkan diri atas permintaan sendiri, dan diberhentikan atau dipecat. Seseorang dapat dipecat apaila bertindak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan di HMI dan atau merugikan/mencemarkan nama baik organisasi.
3. Struktur Organisasi
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konfercab atau Muscab, dan Rapat Anggota Komisariat. Kepemimpinan dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang, dan Pengurus Komisariat, untuk membantu PB HMI dibentuk Badan Koordinasi, untuk membantu cabang dibentuk Koordinator Komisariat.
4. Struktur Kepemimpinan
Kepemimpinan organisasi adalah berjenjang yaitu Ketua Umum sebagai top leader, dibawahnya adalah para ketua bidang, sekretaris jenderal/sekretaris umum, dan bendahara umum, dibawahnya lagi ada wakil sekretaris umum dan wakil bendahara umum, selanjutnya ada departemen-departemen ditiap-tiap bidang.
C. Pedoman dasar organisasi
Pedoman atribut oraganisasi, pedoman perkaderan, pedoman lembaga kekaryaan, pedoman kohati, GPPO dan PKN.
Atribut tetap bagi HMI yaitu bendera, stempel, muts (peci), kartu anggota, papan nama HMI, gordon (selempang) HMI, dan baret HMI, serta lagu-lagu terutama lagu HYMNE HMI.
Makna dari lambang HMI adalah
a. Bentuk alif
Sebagai huruf hidup, lambang optimisme kehidupan HMI, hurup alif merupakan angka 1 (satu) lambang tauhid, dasar/semangat HMI
b. Bentuk perisai
Lambang kepeloporan HMI
c. Bentuk jantung
Jantung adalah pusat kehidupan manusia. Lambang pungsi perkenalan HMI
d. Bentuk pena
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan
e. Gambar bulan bintang
Lambang keimanan/kejayaan ummat islam seluruh dunia
f. Warna hijau
Lambang keimanan dan kemakmuran
g. Warna hitam
Lambang ilmu pengetahuan yang tidak terbatas
h. Keseimbangan warna hijau dan hitam
Lambang esensi keseimbangan kepribadian HMI
i. Warna putih
Lambang kemurnian dan kesucian perjuangan HMI
j. Puncak tiga
Lambang islam, iman, dan ikhsan, lambang iman, ilmu, dan amal
k. Tulisan HMI
Singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam
A. Pengertian
Bentuk peraturan perundangan tertinggi yang menjadi dasar dan sumber bagi semua peraturan perundangan dibawahnya dalam suatu negara/organisasi.
Konstitusi = aturan pokok
Hukum-hukum pokok:
Alquran dan hadist > Islam
Pancasila dan UUD 1945 > Indonesia
AD / ART > Organisasi
Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah tindakan dan program (sebagai dasar pijakan). Bentuknya merupakan naskah tertulis yang merupakan peraturan perundangan tertinggi yang berlaku dalam satu negara/organisasi. Isinya merupakan aturan yang bersifat fundamental, artinya tidak semua masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersipat pokok, dasar atau azaz-azaznya saja. Sifat-sifat konstitusi adalah universal, fleksibel, dan luwes.
B. Ruang Lingkup Konstitusi
1. Mukadimah Anggaran Dasar
Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran
o Monoteisme; konsep tauhid terdapat pada mukadimah, pasal 22, 23, 42, dan akhir pasal 47
o Persatuan dan kesatuan; terdapat pada pasal 1, 15, 17, 25, dan 37.
o Persamaan dan keadilan ; terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, 40
o Kebebasan beragama; terdapat pada pasal 25
o Bela negara; tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
o Pelestarian adat yang baik; terdapat pada pasal 2-10, adat yang dipertahankan seperti gotong royong dalam pembayaran diat, dan tebusan tawanan.
o Mukadimah AD HMI
Alinea I
o Islam agama yang haq dan sempurna (Ali Imran 19)
o Fitrah manusia; Hanif/cenderung kepada kebenaran (Al ‘Araf 172)
“Ketika ditanya oleh Allah siapa Tuhan-mu, bukankah Aku”
“Betul engkau tuhan kami, kami menjadi saksi”
Hadist nabi:
“Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah, siap menerima kebenaran) islam”
1. Khalifah fil ardl (Al Basqarah 30)
2. Pengabdian diri (Az Zariat 56)
Alinea II
o Azaz keseimbangan (Al Qasas 77)
o Duniawi – ukhrowi, individu – social, iman, ilmu, dan amal
Hadist nabi :“Beramalah kamu seolah-olah kamu akan mati besok pagi, dan berusahalah kamu seolah-olah kamu hidup selamanya”
Alinea III
1. Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT (At Taubah 41, Al Baqarah 105, Yunus 25)
2. Ummat islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi ummat islam) (Al Anfal 61, Ar Raad 11, )
3. Adil dan makmur
Alinea IV
1. Fungsi generasi muda Islam
2. Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az Zariat 56).
2. Masalah keanggotaan
Anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada perguruan tinggi dan atau sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang/Pengurus Besar HMI. Masa keanggotaan adalah terhitung sejak seseorang dinyatakan lulus Basic Training dan berakhir maksimum 5 (lima ) tahun kemudian untuk program S0 dan 7 (tujuh) tahun untuk S1. Anggota terbagi atas Anggota muda yaitu orang yang telah ikut MAPERCA, anggota Biasa yaitu orang yng talah lulus Basic Training, anggota kehormatan yaitu orang yang berjasa yang telah ditetapkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Besar HMI. Status keanggotan dapat dinyatakan habis apabila telah habis masa keanggotaanya, meninggal dunia, mengundurkan diri atas permintaan sendiri, dan diberhentikan atau dipecat. Seseorang dapat dipecat apaila bertindak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan di HMI dan atau merugikan/mencemarkan nama baik organisasi.
3. Struktur Organisasi
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konfercab atau Muscab, dan Rapat Anggota Komisariat. Kepemimpinan dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang, dan Pengurus Komisariat, untuk membantu PB HMI dibentuk Badan Koordinasi, untuk membantu cabang dibentuk Koordinator Komisariat.
4. Struktur Kepemimpinan
Kepemimpinan organisasi adalah berjenjang yaitu Ketua Umum sebagai top leader, dibawahnya adalah para ketua bidang, sekretaris jenderal/sekretaris umum, dan bendahara umum, dibawahnya lagi ada wakil sekretaris umum dan wakil bendahara umum, selanjutnya ada departemen-departemen ditiap-tiap bidang.
C. Pedoman dasar organisasi
Pedoman atribut oraganisasi, pedoman perkaderan, pedoman lembaga kekaryaan, pedoman kohati, GPPO dan PKN.
Atribut tetap bagi HMI yaitu bendera, stempel, muts (peci), kartu anggota, papan nama HMI, gordon (selempang) HMI, dan baret HMI, serta lagu-lagu terutama lagu HYMNE HMI.
Makna dari lambang HMI adalah
a. Bentuk alif
Sebagai huruf hidup, lambang optimisme kehidupan HMI, hurup alif merupakan angka 1 (satu) lambang tauhid, dasar/semangat HMI
b. Bentuk perisai
Lambang kepeloporan HMI
c. Bentuk jantung
Jantung adalah pusat kehidupan manusia. Lambang pungsi perkenalan HMI
d. Bentuk pena
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan
e. Gambar bulan bintang
Lambang keimanan/kejayaan ummat islam seluruh dunia
f. Warna hijau
Lambang keimanan dan kemakmuran
g. Warna hitam
Lambang ilmu pengetahuan yang tidak terbatas
h. Keseimbangan warna hijau dan hitam
Lambang esensi keseimbangan kepribadian HMI
i. Warna putih
Lambang kemurnian dan kesucian perjuangan HMI
j. Puncak tiga
Lambang islam, iman, dan ikhsan, lambang iman, ilmu, dan amal
k. Tulisan HMI
Singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam
MATERI MKO HMI
MKO
KEPEMIMPINAN
Manusia di muka bumi ini sebagai kholifah (Al-Baqarah ayat 30), Prinsip yang harus dikembangankan oleh seorang kholifah adalah dapat menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia. Pemimpin merupakan salah satu faktor penentu dalam menciptakan keadaan masyarakat.
A. Pengertian
o Pengertian pemimpin menurut beberapa ahli:
G.R.Terry, pemimpin adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang agar mampu bekerjasama dan bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan.
Haword W. Hoyt, pemimpin adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang-orang.
H. A. Simon, pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan dalam mengejar tujuan.
Prof. DR. H. Arifin Abu Rahman, pemimpin adalah seseorang yang dapat menggerakan orang-orang yang ada disekelilingnya untuk mengikuti jejak pemimpin.
Jadi kepemimpinan adalah cara atau gaya pemimpin orang yang melaksanakangaya tersebut.
o Pengertian Kepemimpinan menurut para Ahli:
Yaitu suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau bekerja sama menuju kearah suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. (Sondang P. Siagian MPA. Pg. D.)
Yaitu kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain bertingkah laku sebagaimana di kehendaki. (Soejono Soekanto).
Yaitu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi/kadang-kadang pribadi. Seorang pemimpin harus berprinsip bahwa kami berbuat sebelum orang lain memikirkan.
B. Unsur-unsur kepemimpinan yaitu:
1. Ada orang yang mempengaruhi (Pemimpin)
2. Ada orang yang di pengaruhi (Bawahan)
3. Pengaruh yang di berikan berupa pengarahan untuk mencapai tujuan tertentu.
C. Pendekatan kepemimpinan:
o Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan ini, memimpin berarti mendikte bawahan atas apa yang dikehendakinya dalam usaha mencapai tujuan.
o Pendekatan berdasarkan sifat
Pendekatan ini menguraikan kepemimpinan dari sudut sifat atau perangai dari seorang pemimpin.
o Pendekatan prilaku
Keberhasilan pemimpin dipengaruhi oleh sifat pemimpin, karakter pengikut, sifat-sifat pekerjaan yang dilaksanakan, struktur dan sifat organisasi, serta sifat-sifat lingkungannya.
o Pendekatan aktivitas sosial
Pendekatan ini berdasarkan pada pendapat bahwa gejala kepemimpinan selalu terdapat dalam masyarakat.
Tipe dan gaya kepemimpinan yaitu pola tingkah laku yang di rancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dan tujuan individu untuk mencapi tujuan bersama.
D. Gaya-gaya Kepemimpinan
1. Gaya otoriter
2. Gaya pathernalistik
3. Kharismatik
4. Gaya Lissoz Faire
5. Gaya demokratis.
Gaya pemimpin dengan manajer yaitu kalau pimpinan hanya mengelolah SDM saja, sedangakan manajer labih dari itu.
E. Tujuan Kepemimpinan
Tujuan kepemimpinan adalah memudahkan usaha dalam pencapaian tujuan bersama, menganalisa efesiensi kegiatan serta mempersatukan arah dari sebuah kegiatan.
F. Fungsi kepemimpinan
Adapun tugas kepemimpinan yaitu:
1. Pemimpin berfungsi sebagai Perencana (Konseptor)
2. Pemimpin sebagai Organisator
3. Pemimpin sebagai Dinamisator
4. Pemimpin sebagai Decession meking
5. Pemimpin sebagai Pemberi wewenang
6. Pemimpin sebagai Penanggung jawab
7. Pemimpin sebagai Pendidik
8. Pemimpin sebagai Komunikator
G. Teori-teori Kepemimpinan
o Tradisional
The Greatmen Theory (Dia terlahir sebagai pemimpin)
The Trait Theory (Dalam diri manusia itu punya sifat-sifat untuk memimpin)
o Modern
Ada tiga variabel yang saling interdependensi:
1. Pimimpin sendiri
2. Lingkungan
3. Perilaku pemimpin
Ini dapat dikatakan kepemimpinan situasional yaitu ada pemimpin, bawahan, dan situasi.
H. Kepemimpinan Dalam Persfektif Islam
Tugas yang dipercayakan kepada manusia, yang terlebih dahulu ditawarkan kepada gunung, bumi, dan langit, namun ketiganya menolak: (QS. 33:21 dan 72, QS. 2:30,31 dan 34, QS. 3:104 dan 110, QS. 4:53. Qs. 11:61, QS. 21:107, QS. 22:41, QS. 26:38, QS. 61:4).
I. Syarat-syarat Pemimpin
Sebelum seorang dipilih jadi pemimpin atau sebelum muncul sebagai seorang pemimpin maka dia harus memenuhi satu persaratan yaitu seorang pemimpin merupakan seorang pejuang. Setelah syarat itu maka harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai Integritas, yaitu Orangnya jujur, bersih dan dapat dipercaya
2. Bersikap Hidup, yaitu hidup – Berjuang.
3. Menguasai Persoalan, Yaitu Idiologis, Organisatoris, Strategi-taktik. Orang yang tahu, dan tahu bahwa dia tahu.
4. Bertanggung jawab, yaitu berani memikul resiko.
5. Berwibawa dan tidak berperangai jelek, disegani dan ditaati.
MANAJEMEN
A. Arti Pentingnya Manajemen
Manajemen merupakan alat bantu manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Jika manusia ini mempergunakan manajemen dalam setiap kegiatan pencapaian tujuan, niscaya akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa manajemen (dengan cara mencoba dan salah atau rial and error). Karena itu kita harus menguasai manajemen dan menerapkannya bagi setiap kegiatan kita agar tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.
B. Pengertian Manajemen
Yaitu proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang diselengarakan dengan pengawasan (Encyclopodia of Social Scionco). Pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain (Goorge, R. Terry).
Seni dan Ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan dari pada manusia dan barang-barang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Fungsi-fungsi menajemen:
1. Menurut Hendry Fayol
Ø Perencanaan
Ø Pengorganisasian
Ø Pemberian Komando-Perintah
Ø Pengkoordiasian
Ø Pengawasan
2. Menurut G.Terry
Ø Perencanaan
Ø Pengorganisasian
Ø Pelaksanaan
Ø Pengawasan
3. Menurut L Galick
Ø Perencanaan
Ø Pengorganisasian
Ø Penyusunan pegawai
Ø Pengarahan
Ø Pengkoordinisian
Ø Pembuatan Laporan
Ø Pengawasan
Untuk suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Urutan penyusunan rencana yaitu:
1. Menetapkan tujuan atau permasalahan yang akan di pecahkan dengan rencana tersebut.
2. Mengumpulkan data yang relevan dengan masalahnya.
3. Menganalisa data yang telah di kumpulkan
4. Menetukan alternatif-alternatif keputusan sebagai hasil analisis data.
5. Memilih alternatif yang paling menguntungkan untuk dijadikan keputusan atau rencana pencapaian tujuan.
Karakteristik rencana yang baik yaitu rencana yang diprektikkan atau yang dapat dilaksanakan, sederhana, jelas dan mudah di mengerti oleh para pelaksana, serta luwes atau fleksibel dalam menghadapi perubahan dalam menghadapi perubahan situasi.
Syarat-syarat rencana yang efektif antara lain:
1. Kegunaannya, apabila rencana itu berguna untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
2. Ketepatan waktu, apabila rencana tersebut mempu nenjamin ketetapan waktu pelaksanaannya.
3. Biaya, rencana yang di susun dan pelaksanaannya tidak memerlukan biaya yang tinggi atau tidak melebihi hasil yang akan dicapai dengan rencana tersebut.
4. Stabilitas, artinya rencana tersebut tidak diubah-ubah sampai jangka waktu tertentu.
5. Objektif, artinya rencana tersebut mengandung unsur-unsur objektivitas yang tinggi dan tidak didasari subjektivitas.
6. Lengkap, terpadu dan konsisten yaitu lengkap dalam isi, terpadu dalam koordinasi dan konsisten dalam perencanaannya.
7. Tanggung jawab pelaksanaan dan implementasinya. Yaitu rencana yang pelaksanaannya dan implementasinya dapat di pertanggungjawabkan.
C. Fungsi Pengorganisasian
Orgasisasi yaitu suatu usaha bersama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian yaitu suatu kegiatan mencapai tujuan dalam suatu kelompok orang melalui cara-cara mengelompokkan kegiatan, menentukan siapa yang akan memimpin kelompok tersebut.
D. Fungsi Penggerakan (Actuating)
Fungsi penggerakan yaitu kegiatan mendorong semangat kerja bawahan, mengarahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.
Aktivitas penggerakan yaitu :
1. Pengarahan (diacting)
2. Pengkoordinasian (coordinating)
3. Pengambilan keputusan (decession making)
Prinsip-prinsip perintah yang baik :
1. Harus jelas
2. Diberikan satu-persatu
3. Harus positif
4. Diberikan orang yang tepat
5. Dihubungkan dengan motivasi
6. Merupakan aspek komunikasi.
E. Komunikasi
Yaitu proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.
Tahapan proses komunikasi :
1. Pencetusan ide.
2. Perumusan ide kedalam simbol-simbol yang dapat berupa gerakan, gambar, tulisan, kata-kata dan lain-lain.
3. Pengiriman simbol-simbol ide-ide melalui alat komunikasi seperti percakapan, surat, telepon.
4. Penerimaan simbol-simbol ide.
5. Menganalisis atau menguraikan simbol-simbol ide.
6. Pemberian respon atau jawaban atas ide yang di terima.
Komonikasi dikatakan berhasil bila ide dan responnya sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses komonikasi :
1. Faktor persepsi
Persepsi yaitu suatu proses pemahaman atas peristiwa-peristiwa dan memasukan pengertian-pengertian kedalam pengalaman seseorang.
2. Faktor pendengaran
Mendengar yaitu usaha memperoleh kesadaran melalui indera pendengaran.
Macam-macam komunikasi dapat diberikan:
1. Lisan dan tertulis
2. Verbal dan non verbal
3. Horizontal dan vertikal
4. Formal dan informal
5. Satu arah dan dua arah
Macam-macam hambatan dalam dalam komunikasi:
1. Hambatan teknis
2. Kesalahan teknis pelaksanaan komunikasi
3. Hambatan semantik
4. Kurang mampu memahami bahasa
5. Hambatan manusiawi
6. Adanya kelemahan pihak yang berkomunikasi
Pedoman-pedoman komunikasi yang baik:
1. Carilah kesalahan yang dikomunikasikan.
2. Telitilah tujuan komonikasi tersebut.
3. Pertimbangkan keadaan pisik pihak-pihak yang berkomunikasi.
4. Konsolidasikan dengan pihak lain dalam merencanakan komunikasi.
5. Perhatikan penekanan dan ekspresi gagasan yang dikemukakan.
6. Pergunakan kesempatan sebaik mungkin untuk memperoleh umpan balik.
7. Memonitor komunikasi yang sedang dan sudah berjalan.
8. Komunikasi harus konsiten.
9. Tindaklan dan perbuatan yang dilakukan harus di arahkan pada keberhasilan komunikasi.
10. Jadilah pendengar yang baik.
F. Fungsi Pengawasan
Pengawasan yaitu aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang di kehendaki. Prinsip-prinsip pengawasan yaitu ada rencana dan ada instruksi-instruksi atau pemberian wewenang kepada bawahan.
Langkah-langkah pengawasan:
1. Menentukan ukuran atau pedoman buku atau standar.
2. Mengadakan penelitian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan.
3. Membandingkan antara pelaksanaan dengan pedoman yang telah ditetapkan.
4. Mengadakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi.
KEORGANISASIAN
A. Organisasi dapat di definisikan
Suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan struktur atau pola-pola hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kelompok kerja.
Organisasi merupakan orang-orang yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja dimana pekerjaan itu terinci menjadi tugas-tugas yang dibagikan di antara pemegang peranan dan kemudian digabungkan menjadi dalam beberapa bentuk hasil. Suatu proses tersusun dimana orang-orang didalam untuk mencapai tujuan.
Organisasi merupakan kumpulan dari perjanjian dan hubungan serta tanggung jawab yang jelas dan tetap yang paling tidak dalam jangka waktu pendek.
Organisasi tidak hanya mengatur orang-orang tetapi juga struktur di mana tersusun tugas-tugas tersebut.
Beberapa struktur organisasi :
1. Organisasi garis
2. Organisasi garis dan stap
3. Organisasi fungsional
4. Kombinasi organisasi garis dan fungsional
5. Organisasi garis, stap dan fungsional
Prinsip :
1. Adanya tujuan yang jelas
Ø Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalamnya
Ø Tujuan harus diterima setiap orang didalamnya
2. Adanya perumusan dan tugas yang jelas
Ø Prinsip pembagian habis tugas
Ø Prinsip fungsianolis
Ø Prinsip koordinasi
Ø Prinsip kontiyuitas
Ø Prinsip kesederhanaan
Ø Prinsip pleksibilitas (mudah menyesuaikan diri dengan perubahan).
Ø Prinsif pedelegasian wewenang secara jelas
Ø Prinsif pengelompokan tugas sehomogen mungkin
3. Adanya kesatuan perintah dari seorang atasan
4. Adanya kesatuan arah dalam mencapai tujuan
5. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
6. Distribusi tugas pekerjaan
7. Pola dasar organisasi relatif permanen
B. Tahapan-tahap Organisasi
1. Menentukan tujuan yang akan di capai
2. Menyususun rencana dan kebijakan yang akan di capai atau dipergunakan yang telah tetap
3. Menentukan kegiatan yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut diatas.
4. Menghitung dan mengaplikasikan kegiatan-kegiatan yang ada
5. mengelompokan kegiatan yang sama atau hampir sama dalam satu kegiatan
6. Memberikan tugas dan wewenang untuk melakukan kegiatan untuk masing-masing kelompok kegiatan.
Beberapa Teori Organisasi antara lain :
1. Teori klasik
2. Teori Neo Klasik
3. Teori Fungsi
4. Teori Disfungsi
5. Teori Kualitatif
Fungsi Stafling Yaitu usaha untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam suatu organisasi.
Kegiatan-kegiatan Stafling :
Penentuan kegiatan tenaga kerja yang baik dalam jumlah maupun mutu tenaga kerja yang di butuhkan.
Penentuan sumber-sumber tenaga kerja yang akan ditarik memenuhi kebutuhan.
Hubungan baik terhadap pelamar.
Melatih tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang diinginkan.
Memberikan pangkat dan lain-lain.
Memanfaatkan tenaga kerja yang ada dalam organisasi sebaik mungkin.
Manusia di muka bumi ini sebagai kholifah (Al-Baqarah ayat 30), Prinsip yang harus dikembangankan oleh seorang kholifah adalah dapat menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia. Pemimpin merupakan salah satu faktor penentu dalam menciptakan keadaan masyarakat.
A. Pengertian
o Pengertian pemimpin menurut beberapa ahli:
G.R.Terry, pemimpin adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang agar mampu bekerjasama dan bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan.
Haword W. Hoyt, pemimpin adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang-orang.
H. A. Simon, pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan dalam mengejar tujuan.
Prof. DR. H. Arifin Abu Rahman, pemimpin adalah seseorang yang dapat menggerakan orang-orang yang ada disekelilingnya untuk mengikuti jejak pemimpin.
Jadi kepemimpinan adalah cara atau gaya pemimpin orang yang melaksanakangaya tersebut.
o Pengertian Kepemimpinan menurut para Ahli:
Yaitu suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau bekerja sama menuju kearah suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. (Sondang P. Siagian MPA. Pg. D.)
Yaitu kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain bertingkah laku sebagaimana di kehendaki. (Soejono Soekanto).
Yaitu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi/kadang-kadang pribadi. Seorang pemimpin harus berprinsip bahwa kami berbuat sebelum orang lain memikirkan.
B. Unsur-unsur kepemimpinan yaitu:
1. Ada orang yang mempengaruhi (Pemimpin)
2. Ada orang yang di pengaruhi (Bawahan)
3. Pengaruh yang di berikan berupa pengarahan untuk mencapai tujuan tertentu.
C. Pendekatan kepemimpinan:
o Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan ini, memimpin berarti mendikte bawahan atas apa yang dikehendakinya dalam usaha mencapai tujuan.
o Pendekatan berdasarkan sifat
Pendekatan ini menguraikan kepemimpinan dari sudut sifat atau perangai dari seorang pemimpin.
o Pendekatan prilaku
Keberhasilan pemimpin dipengaruhi oleh sifat pemimpin, karakter pengikut, sifat-sifat pekerjaan yang dilaksanakan, struktur dan sifat organisasi, serta sifat-sifat lingkungannya.
o Pendekatan aktivitas sosial
Pendekatan ini berdasarkan pada pendapat bahwa gejala kepemimpinan selalu terdapat dalam masyarakat.
Tipe dan gaya kepemimpinan yaitu pola tingkah laku yang di rancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dan tujuan individu untuk mencapi tujuan bersama.
D. Gaya-gaya Kepemimpinan
1. Gaya otoriter
2. Gaya pathernalistik
3. Kharismatik
4. Gaya Lissoz Faire
5. Gaya demokratis.
Gaya pemimpin dengan manajer yaitu kalau pimpinan hanya mengelolah SDM saja, sedangakan manajer labih dari itu.
E. Tujuan Kepemimpinan
Tujuan kepemimpinan adalah memudahkan usaha dalam pencapaian tujuan bersama, menganalisa efesiensi kegiatan serta mempersatukan arah dari sebuah kegiatan.
F. Fungsi kepemimpinan
Adapun tugas kepemimpinan yaitu:
1. Pemimpin berfungsi sebagai Perencana (Konseptor)
2. Pemimpin sebagai Organisator
3. Pemimpin sebagai Dinamisator
4. Pemimpin sebagai Decession meking
5. Pemimpin sebagai Pemberi wewenang
6. Pemimpin sebagai Penanggung jawab
7. Pemimpin sebagai Pendidik
8. Pemimpin sebagai Komunikator
G. Teori-teori Kepemimpinan
o Tradisional
The Greatmen Theory (Dia terlahir sebagai pemimpin)
The Trait Theory (Dalam diri manusia itu punya sifat-sifat untuk memimpin)
o Modern
Ada tiga variabel yang saling interdependensi:
1. Pimimpin sendiri
2. Lingkungan
3. Perilaku pemimpin
Ini dapat dikatakan kepemimpinan situasional yaitu ada pemimpin, bawahan, dan situasi.
H. Kepemimpinan Dalam Persfektif Islam
Tugas yang dipercayakan kepada manusia, yang terlebih dahulu ditawarkan kepada gunung, bumi, dan langit, namun ketiganya menolak: (QS. 33:21 dan 72, QS. 2:30,31 dan 34, QS. 3:104 dan 110, QS. 4:53. Qs. 11:61, QS. 21:107, QS. 22:41, QS. 26:38, QS. 61:4).
I. Syarat-syarat Pemimpin
Sebelum seorang dipilih jadi pemimpin atau sebelum muncul sebagai seorang pemimpin maka dia harus memenuhi satu persaratan yaitu seorang pemimpin merupakan seorang pejuang. Setelah syarat itu maka harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai Integritas, yaitu Orangnya jujur, bersih dan dapat dipercaya
2. Bersikap Hidup, yaitu hidup – Berjuang.
3. Menguasai Persoalan, Yaitu Idiologis, Organisatoris, Strategi-taktik. Orang yang tahu, dan tahu bahwa dia tahu.
4. Bertanggung jawab, yaitu berani memikul resiko.
5. Berwibawa dan tidak berperangai jelek, disegani dan ditaati.
MANAJEMEN
A. Arti Pentingnya Manajemen
Manajemen merupakan alat bantu manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Jika manusia ini mempergunakan manajemen dalam setiap kegiatan pencapaian tujuan, niscaya akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa manajemen (dengan cara mencoba dan salah atau rial and error). Karena itu kita harus menguasai manajemen dan menerapkannya bagi setiap kegiatan kita agar tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.
B. Pengertian Manajemen
Yaitu proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang diselengarakan dengan pengawasan (Encyclopodia of Social Scionco). Pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain (Goorge, R. Terry).
Seni dan Ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan dari pada manusia dan barang-barang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Fungsi-fungsi menajemen:
1. Menurut Hendry Fayol
Ø Perencanaan
Ø Pengorganisasian
Ø Pemberian Komando-Perintah
Ø Pengkoordiasian
Ø Pengawasan
2. Menurut G.Terry
Ø Perencanaan
Ø Pengorganisasian
Ø Pelaksanaan
Ø Pengawasan
3. Menurut L Galick
Ø Perencanaan
Ø Pengorganisasian
Ø Penyusunan pegawai
Ø Pengarahan
Ø Pengkoordinisian
Ø Pembuatan Laporan
Ø Pengawasan
Untuk suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Urutan penyusunan rencana yaitu:
1. Menetapkan tujuan atau permasalahan yang akan di pecahkan dengan rencana tersebut.
2. Mengumpulkan data yang relevan dengan masalahnya.
3. Menganalisa data yang telah di kumpulkan
4. Menetukan alternatif-alternatif keputusan sebagai hasil analisis data.
5. Memilih alternatif yang paling menguntungkan untuk dijadikan keputusan atau rencana pencapaian tujuan.
Karakteristik rencana yang baik yaitu rencana yang diprektikkan atau yang dapat dilaksanakan, sederhana, jelas dan mudah di mengerti oleh para pelaksana, serta luwes atau fleksibel dalam menghadapi perubahan dalam menghadapi perubahan situasi.
Syarat-syarat rencana yang efektif antara lain:
1. Kegunaannya, apabila rencana itu berguna untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
2. Ketepatan waktu, apabila rencana tersebut mempu nenjamin ketetapan waktu pelaksanaannya.
3. Biaya, rencana yang di susun dan pelaksanaannya tidak memerlukan biaya yang tinggi atau tidak melebihi hasil yang akan dicapai dengan rencana tersebut.
4. Stabilitas, artinya rencana tersebut tidak diubah-ubah sampai jangka waktu tertentu.
5. Objektif, artinya rencana tersebut mengandung unsur-unsur objektivitas yang tinggi dan tidak didasari subjektivitas.
6. Lengkap, terpadu dan konsisten yaitu lengkap dalam isi, terpadu dalam koordinasi dan konsisten dalam perencanaannya.
7. Tanggung jawab pelaksanaan dan implementasinya. Yaitu rencana yang pelaksanaannya dan implementasinya dapat di pertanggungjawabkan.
C. Fungsi Pengorganisasian
Orgasisasi yaitu suatu usaha bersama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian yaitu suatu kegiatan mencapai tujuan dalam suatu kelompok orang melalui cara-cara mengelompokkan kegiatan, menentukan siapa yang akan memimpin kelompok tersebut.
D. Fungsi Penggerakan (Actuating)
Fungsi penggerakan yaitu kegiatan mendorong semangat kerja bawahan, mengarahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.
Aktivitas penggerakan yaitu :
1. Pengarahan (diacting)
2. Pengkoordinasian (coordinating)
3. Pengambilan keputusan (decession making)
Prinsip-prinsip perintah yang baik :
1. Harus jelas
2. Diberikan satu-persatu
3. Harus positif
4. Diberikan orang yang tepat
5. Dihubungkan dengan motivasi
6. Merupakan aspek komunikasi.
E. Komunikasi
Yaitu proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.
Tahapan proses komunikasi :
1. Pencetusan ide.
2. Perumusan ide kedalam simbol-simbol yang dapat berupa gerakan, gambar, tulisan, kata-kata dan lain-lain.
3. Pengiriman simbol-simbol ide-ide melalui alat komunikasi seperti percakapan, surat, telepon.
4. Penerimaan simbol-simbol ide.
5. Menganalisis atau menguraikan simbol-simbol ide.
6. Pemberian respon atau jawaban atas ide yang di terima.
Komonikasi dikatakan berhasil bila ide dan responnya sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses komonikasi :
1. Faktor persepsi
Persepsi yaitu suatu proses pemahaman atas peristiwa-peristiwa dan memasukan pengertian-pengertian kedalam pengalaman seseorang.
2. Faktor pendengaran
Mendengar yaitu usaha memperoleh kesadaran melalui indera pendengaran.
Macam-macam komunikasi dapat diberikan:
1. Lisan dan tertulis
2. Verbal dan non verbal
3. Horizontal dan vertikal
4. Formal dan informal
5. Satu arah dan dua arah
Macam-macam hambatan dalam dalam komunikasi:
1. Hambatan teknis
2. Kesalahan teknis pelaksanaan komunikasi
3. Hambatan semantik
4. Kurang mampu memahami bahasa
5. Hambatan manusiawi
6. Adanya kelemahan pihak yang berkomunikasi
Pedoman-pedoman komunikasi yang baik:
1. Carilah kesalahan yang dikomunikasikan.
2. Telitilah tujuan komonikasi tersebut.
3. Pertimbangkan keadaan pisik pihak-pihak yang berkomunikasi.
4. Konsolidasikan dengan pihak lain dalam merencanakan komunikasi.
5. Perhatikan penekanan dan ekspresi gagasan yang dikemukakan.
6. Pergunakan kesempatan sebaik mungkin untuk memperoleh umpan balik.
7. Memonitor komunikasi yang sedang dan sudah berjalan.
8. Komunikasi harus konsiten.
9. Tindaklan dan perbuatan yang dilakukan harus di arahkan pada keberhasilan komunikasi.
10. Jadilah pendengar yang baik.
F. Fungsi Pengawasan
Pengawasan yaitu aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang di kehendaki. Prinsip-prinsip pengawasan yaitu ada rencana dan ada instruksi-instruksi atau pemberian wewenang kepada bawahan.
Langkah-langkah pengawasan:
1. Menentukan ukuran atau pedoman buku atau standar.
2. Mengadakan penelitian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan.
3. Membandingkan antara pelaksanaan dengan pedoman yang telah ditetapkan.
4. Mengadakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi.
KEORGANISASIAN
A. Organisasi dapat di definisikan
Suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan struktur atau pola-pola hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kelompok kerja.
Organisasi merupakan orang-orang yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja dimana pekerjaan itu terinci menjadi tugas-tugas yang dibagikan di antara pemegang peranan dan kemudian digabungkan menjadi dalam beberapa bentuk hasil. Suatu proses tersusun dimana orang-orang didalam untuk mencapai tujuan.
Organisasi merupakan kumpulan dari perjanjian dan hubungan serta tanggung jawab yang jelas dan tetap yang paling tidak dalam jangka waktu pendek.
Organisasi tidak hanya mengatur orang-orang tetapi juga struktur di mana tersusun tugas-tugas tersebut.
Beberapa struktur organisasi :
1. Organisasi garis
2. Organisasi garis dan stap
3. Organisasi fungsional
4. Kombinasi organisasi garis dan fungsional
5. Organisasi garis, stap dan fungsional
Prinsip :
1. Adanya tujuan yang jelas
Ø Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalamnya
Ø Tujuan harus diterima setiap orang didalamnya
2. Adanya perumusan dan tugas yang jelas
Ø Prinsip pembagian habis tugas
Ø Prinsip fungsianolis
Ø Prinsip koordinasi
Ø Prinsip kontiyuitas
Ø Prinsip kesederhanaan
Ø Prinsip pleksibilitas (mudah menyesuaikan diri dengan perubahan).
Ø Prinsif pedelegasian wewenang secara jelas
Ø Prinsif pengelompokan tugas sehomogen mungkin
3. Adanya kesatuan perintah dari seorang atasan
4. Adanya kesatuan arah dalam mencapai tujuan
5. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
6. Distribusi tugas pekerjaan
7. Pola dasar organisasi relatif permanen
B. Tahapan-tahap Organisasi
1. Menentukan tujuan yang akan di capai
2. Menyususun rencana dan kebijakan yang akan di capai atau dipergunakan yang telah tetap
3. Menentukan kegiatan yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut diatas.
4. Menghitung dan mengaplikasikan kegiatan-kegiatan yang ada
5. mengelompokan kegiatan yang sama atau hampir sama dalam satu kegiatan
6. Memberikan tugas dan wewenang untuk melakukan kegiatan untuk masing-masing kelompok kegiatan.
Beberapa Teori Organisasi antara lain :
1. Teori klasik
2. Teori Neo Klasik
3. Teori Fungsi
4. Teori Disfungsi
5. Teori Kualitatif
Fungsi Stafling Yaitu usaha untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam suatu organisasi.
Kegiatan-kegiatan Stafling :
Penentuan kegiatan tenaga kerja yang baik dalam jumlah maupun mutu tenaga kerja yang di butuhkan.
Penentuan sumber-sumber tenaga kerja yang akan ditarik memenuhi kebutuhan.
Hubungan baik terhadap pelamar.
Melatih tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang diinginkan.
Memberikan pangkat dan lain-lain.
Memanfaatkan tenaga kerja yang ada dalam organisasi sebaik mungkin.
SEJARAH HMI
SEJARAH PERJUANGAN HMI
A.
Pengantar Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa
Islam
Pengertian Sejarah
Perjuangan HMI
Sejarah adalah
rentetan perbuatan hasil karya manusia. Ia adalah pelajaran dan pengetahuan
tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan,
dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan
dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan
mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.
Manfaat
mempelajari sejarah.
Sejarah, meski
banyak berbicara tentang masa lalu, tetapi ia tetap alat untuk lebih memahami
hari ini, dan secara implisit memprediksikan kecendrungan-kecenderungan masa
depan.
Sejarah:"Pelajaran
dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang
dikerjakan, dikatakan dan difikirkan oleh manusia pada masa lampau untuk
menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa
kini dan masa yang akan datang".
Perjuangan :
"suatu kesungguhan disertai usaha yang teratur tertib dan berencana untuk
mengubah kondisi buruk menjadi baik".
HMI adalah
kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam.
B. Tujuan Mempelajari Sejarah Perjuangan HMI
Tujuan mempelajari sejarah perjuangan HMI adalah untuk meninjau dan meneliti secara sistematis dengan penuh kritis masa yang lalu agar dapat dijadikan cerminan dan pedoman masa kini sehingga dapat ditetapkan arah perjuangan masa mendatang.
C. Organisasi sebagai alat berjuang dan tempat
beramal
Menyeru kepada kebaikan atau Islam dan mencegah kemungkaran adalah kewajiban setiap umat muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam merupakan alat perjuangam untuk mengajak kepada kebaikan/ma'ruf. (QS. Ali Imron:104)
D. Latar Belakang Sejarah Berdirinya HMI
Ditinjau secara
historik Lafran pane adalah tokoh pendiri utama HMI sehingga HMI tidak bisa
dipisahkan dengan kehidupan Lafran Pane. Jika ditinjau secara umum ada 4
(empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI.
Situasi Dunia Internasional.
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi
hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam
diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk
berpikir. Ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu
maka pada saat itu pula kemunduran diundang datang.
Akibat dari
keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang
keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh
(kaffah). Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini
ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari
oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral
saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk
itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan
ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an
dan Hadist Rassullulah SAW.
Dengan timbulnya
ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan,
seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah
Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul
Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India
(1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
Situasi NKRI
Tahun 1596
Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia
dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3
(tiga) hal :
• Penjajahan itu sendiri
dengan segala bentuk implikasinya
• Missi dan Zending agama
Kristiani
• Peradaban Barat dengan ciri
sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui
perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17
Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa
Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat
Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan,
yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai
kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta
kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal
dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga
: Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme
yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan
akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan
kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha
supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat
Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor
yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan
sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem yang diterapkan dalam dunia pendidikan
umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada
sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia".
Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa
Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh
Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan
Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang
sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan
rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
E. Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Latar Belakang Pemikiran
Berdirinya
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa
STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih
duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis
besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli
Selatan, Sumatera Utara. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan
nasionalis-muslim pernah menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta
dan sekolah Muhammadiyah.
Adapun latar belakang
pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan
kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum
memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat
dari sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu
dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini
harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu
menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman
dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan
terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini
harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta
ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa
kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane
mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara
mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14
Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan
kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah
mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain
mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena
persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang
diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh
tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan"
Pada awal pembentukkannya HMI
bertujuan diantaranya antara lain:
• Mempertahankan kemerdekaan
dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia dari intervensi kolonialisme
Internasional.
• Menegakkan dan mengembangkan
ajaran agama Islam. (Syiar Islam)
Secara interpretatif kedua
tujuan diatas memiliki makna dialektika kausal, bahwa tidak ada da’wah
Islamiyah tanpa ada kedaulatan wilayah politik. Islam akan berkembang menjadi
agama budaya dan agama masyarakat, bila kalau masyarakat Indonesia sudah
mempunyai kedaulatan Negara.
Sementara tokoh-tokoh pemula /
pendiri (Founding Father)HMI antara lain :
- Lafran Pane (Yogya),
- Karnoto Zarkasyi (Ambarawa),
- Dahlan Husein (Palembang),
- Maisaroh Hilal (Singapura),
- Suwali, Yusdi Ghozali (Semarang),
- Mansyur, Siti Zainah (Palembang),
- M. Anwar (Malang),
- Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi
(Malang),
- Baidron Hadi (Yogya).
Faktor Pendukung Berdirinya HMI
1. Posisi dan arti kota
Yogyakarta
·
Yogyakarta
sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
·
Pusat Gerakan
Islam
·
Kota
Universitas/ Kota Pelajar
·
Pusat Kebudayaan
·
Terletak di
Central of Java
2. Kebutuhan Penghayatan dan
Keagamaan Mahasiswa
3. Adanya tuntutan perang
kemerdekaan bangsa Indonesia
4. Adanya STI (Sekolah Tinggi
Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
5. Gajah Mada, STT (Sekolah
Tinggi Teknik).
6. Adanya dukungan Presiden
(Rektor) STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
7. Ummat Islam Indonesia
mayoritas
Faktor Penghambat Berdirinya HMI
Munculnya reaksi-reaksi dari :
1. Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta (PMY)
2. Gerakan Pemuda Islam (GPII)
3. Pelajar Islam Indonesia
(PII)
F. Fase-Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan
Bangsa Indonesia
Fase Konsolidasi Spiritual
(1946-1947)
Sudah diterangkan diatas
Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November
1947)
Selama lebih
kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah
berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi
dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin
mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.
Fase Perjuangan Fisik / Bersenjata (1947 - 1949)
Seiring dengan
tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam
masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi
yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang
senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk
menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil
Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan
Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas
pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung,
memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI
tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65,
disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.
Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para
kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak
agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu
dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI
sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan
adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang
berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950
dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa
konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB
HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
Fase Tantangan (1964 - 1965)
Dendam sejarah
PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah
agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI
adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya
dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan,
fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan,dsb.
Usaha-usaha yang
gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan,
dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI
dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai
salah satu organisasi terlarang.
Fase Kebangkitan HMI dalam transisi Orde Lama ke
Orde Baru (1966 - 1968)
HMI sebagai
sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan
orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara
lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa
(KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2)
Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke
akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan
tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta,
dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar.
Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan
tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut
ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak
sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif
Rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di
Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar,
kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan
semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara.
Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan
keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.
Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa (1969 -
1970)
Setelah Orde
Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini
perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek
pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era
awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang
telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan
suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2)
partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3)
partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.
Fase Pergolakan dan
Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang )
Suatu ciri khas yang dibina
oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena
pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat
dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran
ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968.
Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 di mana secara relatif masalah-
masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara di sisi
lain, persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.
Fase tumbangnya Orde Baru dan Kemunculan Reformasi
(Mei 1998)
Mahasiswa adalah
inti kekuatan perubahan, ditengah berkuasanya rezim orde baru dengan soeharto
sebagai icon besarnya yang menunjukkan kekuatan negeri ini (The Power Of State)
dengan represif, hegemonik dan atoriterianisme. HMI kembali bersama-sama dengan
elemen mahasiswa lainnya menjadi bagian dari kekuatan yang mampu menumbangkan
rezim tersebut.
0 komentar :
Post a Comment