Puasa ; Tradisi kosong
Atau Praksis ?
Menjadi sebuah
pertanyaan besar puasa sebagai bentuk tradisi yang terus dilaksanakan layaknya
budaya ataukah praksis yang berupa tindakan dan refleksi umat muslim.
Bulan suci
ramadlan kering akan makna dengan hanya melaksanakan kewajiban yang hanya
ditafsirkan sebgai berpuasa melawan lapar ataupun hawa nafsu. Tak lebih sekedar
ibadah yang kering tanpa pemaknaan dan sebagai ibadah rutinitas trend umat
muslim sebagai ajang pencitraan yang
sekarang ramai dikibarkan kaum elite.
Tindakan
kejahatan masih sering terjadi dalam bulan puasa. Sebagai contohnya puasa tak
lebih sekedar hanya sebgai tindakan tahunan untuk bertobat, namun mungkinkah
masih berlaku bulan sesudahnya ? menjadi sebuah pertanyaan yang sulit dijawab
seluruh umat yang mejalankanya. Sebagian dari itu pula, bulan yang dianggap
suci masih sering terjadi tindak perilaku buruk yang tak pernah diajarkan agama
manapun, mencuri, zina dan sebagainya. Bahkan klub-klub malam sebagai curhat
hasrat dan nafsu masih nampak membuka layanannya tanpa memandang siapa dia
pejabat ataupun penjahat, pencuri maupun pembongkat bahkan pengikut keimanan. Dipasar
tradisional yang tak terjamaah oleh tangan pembangunan maupun pasar milik kaum
borjuis tak seolah-olah menutup mata rapat-rapat anjuran dalam bulan penuh
berkah ini. Lebih parah lagi selain bulan ramadlan, lintah limbah yang terus menghisap
bak kapitalis barat yang menggerus tanah kita.
Sebagai gantinya
Puasa dianggap sebagai penghapus dosa setahun. Sebagian berfikir dengan
beribadah wajib saum 30 hari upaya
mengganti kesalahan kesalahan hari-hari lalu. Tak habis pikir yang akan yang
menyakini paradigma tersebut.
Puasa identik
dengan hal sholat tarawih, Yang sebelumnya jarang ibadah ini beramai-ramai
masjid dimalam pertama ramadlan penuh sekaan ingin diperluas dan akhirnya pun
semakin fluaktuatif dan semakin maju shaf nya. Rutinitas ini menjadi
pemandangan eksotis dengan tanpa di bulan ini nampak hanya sekitar masjid
atapun rumah ibadah saja yang memadati. Kebahagiaan tersendiri bagi pengurus
masjid melihat antusias warga, walaupun ini akan terulang kembali fase
lingkaran pada kebiasaan warganya, jarang untuk meramaikan rumah ibadahnya.
puasa alat
kontrol sosial
Dass solen das
sein. Bentuk keseharusan nampaknya teradapat jurang yang panjang memisahkan
antara cita-cita dan harapan dari ibadah yang dilakukan terhadat realitas yang
terjadi. Bulan pengampunan dan penuh rahmat hanya dijadikan tameng awal tak
bermakna dan berkelanjutan.
Semenjak 77
tahun bumi pertiwi bangkit tahun 1945 dari darah dan semangat terdahulu secara
kalkulasi jika memang menjadikan ini bentuk ibadah praksis umat muslim jurang
si miskin dan si kaya sibodoh dan sipintar, semakin dekat tanpa batas. Ataukah
terjadi egoisme yang berlebih sehingga membentuk kesenjangan yang semakin lebar
dan luas tak terjangkau oleh indra.
Saat itu Tan
malaka menuliskan tanggal ... yang mendakan itu merupakan tahun indonesia yang
masih muda dan jauh belum mengalami historis sejarah pada pemilik tahun
tersebut. Indonsia badapat bangkit apabila internalisasi ajaran agama langit
dapat menyatu dengan alam dan menjadi padu dalam balutan kekuatan ajaran lahir
1435 lalu yang telah mengalami dinamika. Dan Harapan besar muncul akan adanya
generasi intan kepermukaan dengan saling menjaga dan menjadikan setiap tindakan
yang bernafaskan islam.
Soe hok gie menyatakakan
manusia yang beruntung ialah ia yang maninggal muda atau tak pernah
terlahirkan, namun sebaliknya yang tersial ialah ia yang menikmati sisa tua
nya. Bukan prestise tanpa makna, penulis menafsirkan bahwa ia menggambarkan
suasa saat itu (1960-1966) gelisah tanpa arah yang tak berujung tanpa menemukan
solusi persoalan bangsa dari ujung rambut hingga ujung kaki ini sajalah yang
dimiliki bangsa ini. Air, bumi, bahkan otak menjadi hak paten bangsa lain.
Hanya hati sebagai kepemilikan pribadi kita.
0 komentar :
Post a Comment