Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) yang berdiri 5 Februari 1947 dengan
umur yang lebih muda 2 tahun atas kemerdekaan
NKRI.Bila bicara HMI tidak akan terlepas dengan
Seorang Mahasiswa, Lafran Pane sang pemrakarsa berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bersama
rekan-rekan perjuangannya di lingkungan kampus Sekolah Tinggi Islam (STI)
Yogyakarta. Mereka mendirikan HMI, antara lain karena
ingin belajar tentang keislaman. Keberadaannya
terus tumbuh dan berkembang di basis-basis perguruan tinggi Islam, seperti UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta hingga menghasilkan kader-kader yang berkualitas.
Faktor-faktor dominant yang meliputi berdirinya HMI ada 3
hal. Pertama, situasi Negara Republik
Indonesia. Dimana dengan kedatangan bangsa Inggris, Portugis, Spanyol dan
Belanda ke Indonesia, disamping sebagai penjajah sekaligus membawa misi serta
peradaban barat.
Kedua, situasi umat Islam Indonesia. Digambarkan betapa akibat positif
dan ysteme dengan penyebaran Islam secara diam-diam dan damai. Namun dirasakan
bahwa pengamalan, pemahaman ajaran Islam di Indonesia berlaku tidak sebagaimana
mestinya.
Ketiga, situasi dunia perguruan tinggi
dan kemahasiswaan. Akibat logis dari penjajahan Belanda, maka dunia pendidikan
umumnya serta dunia perguruan tinggi dipengaruhi ystem pendidikan Barat, yang
pasti mengarah pada sekularisme, mendangkalkan dan penghayatan Agama dalam
setiap aspek kehidupan manusia. Dengan adanya pengaruh sekularisme
ditengah-tengah kehidupan Perguruan tinggi dan Kemahasiswaan, dan keberadaan
Persyerikatam Mahasiswa Yogykarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI)
yang mengambil basis di Perguruan Tinggi, sebagai organisasi yang berhaluan komunis, maka situasi Perguruan Tinggi dan dunia Kemahasiswaan
dilanda Krisis Keseimbangan dihampir
seluruh kota perguruan tinggi di Indonesia. Krisis Keseimbangan yang dimaksud,
tidak adanya perpaduan antara pemenuhan tugas hidup di dunia dan akhirat, akal
dan kalbu, jasmani dan rohani.
Dengan memasuki Era Modern HMI hingga saat ini masih
eksis dan menghasilkan kader-kader berkualitas yang menempatkan kader-kadernya
di pemerintahan perkotaan maupun daerah-daerah.Ini membuktikan bahwa Organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadi Organisasi Mahasiswa yang besar,
berpengaruh dan disegani kawan dan lawan.
Menilik
sejarah Organisasi Kemahasiswaan khususnya HMI yang dari awal berdirinya hingga
saat ini yang masih hidup. Akan tetapi Organisasi ini bukan tidak mungkin
berjalan dari tahun ke tahun dengan tidak adanya pergejolakan-pergejolakan pada
tiap-tiap Era.banyak sekali HMI berperan dalam suatu pergerakan hingga saat
ini. Pada tahun 1965 Organisasi HMI ingin dibubarkan oleh sejumlah oknum-oknum
seperti PKI,CGMI. Namun, sampai saat ini HMI tetaplah berdiri dan semakin
besar,ini membuktikan bahwa HMI tidak dapat untuk tidak di pandang oleh NKRI
karena HMI terus berperan melalui kader-kadernya.
Pada
pemerintahan soeharto tahun 1985 era orde baru sangat mengutamakan politik
keseragaman dan pemusatan kekuasaan. Oleh karena itu, semua kekuataan social
dan politik dipaksa untuk mengubah dasarnya dengan Pancasila. Jika suata ormas
menolak dapat berakibat dibubarkan oleh pemerintahan soeharto. Pada tahun
tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan UU ormas yang mewajibkan semua ormas
memakai asas tunggal pancasila. HMI-pun akhirnya terkena dampat oleh kebijakan
tersebut. Pada kongres XVI di kota padang tahun 1986 menjadi saksi pengaruh
Negara yang berlebihan untuk memaksakan asas tunggal.
HMI menolak
keras karena menurut mereka islam adalah satu-satunya ideology yang mereka anut
dan menurut pemerintah. Sejalan dengan perkembangan waktu, HMI terbelah menjadi
dua pasca diselenggarakannya kongres ke-15 HMI di medan pada tahun 1983, HMI
pancasila menjadi HMI yang resmi diakui Negara (tahun 1999 HMI DIPO mengubah
asas pancasila menjadi islam) dan HMI Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO)
yang tetap kukuh berasas islam sampai zaman modern saat ini. Karena alasan
untuk menyelamatkan HMI dari ancaman pembubaran oleh rezim Orde Baru,maka
melalui Kongres padang disepakatilah penerimaan asas tunggal pancasila. Setelah
penerimaan azaz tunggal itu, HMI yang bermarkas di jalan Diponegoro sebagai
satu-satunya HMI yang diakui oleh Negara. Namun pada kongres Jambi 1999, HMI
(DIPO) kembali ke kepada asas islam
Dalam
perkembangannya perjalanan HMI hingga terbentuknya HMI-MPO telah mengalami
proses pematangan konsepsi gerakan. Ditingkat internal, tujuan HMI juga telah
mengalami perubahan sampai enak kali. Hal ini menunjukan bahwa HMI MPO
senantiasa menyikapi secara kritis dinamika melingkupinya dengan tetap berupaya
menegaskan prinsip-prinsip vital gerakannya. Format gerakan HMI mengalami
perubahan besar sejak munculnya HMI MPO yang menjadisimbol perlawanan
kelompok-kelompok kritis dalam HMI. Lahirnya HMI MPO dari tubuh HMI telah
merubah pakem gerakan HMI yang semula selalu lebih banyak akomodatif terhadap
kekuasaan (state) menjadi gerakan kritis yang menjadi oposisi negara.
0 komentar :
Post a Comment