Autokritik HMI Metro, Ketidak berdayaan Sang Kakek Ijo Itam

Tepat di di akhir bulan ini, HMI Cabang Metro akan menyelenggarakan Konferensi ke 39. Artinya roda organisasi akan diperbaharui dengan wajah-wajah baru dan semangat perjuangan baru. Sebagai anggota dan sekaligus pengurus tentu menyambut bahagia dengan datangnya agenda me-refresh kepengurusan.
Jika melihat satu tahun ini, tidak banyak yang dapat diperbuat namun banyak hal baru diluar kegiatan formal yang dilakukan secara progresif. Misal turut serta kegiatan kollektif bersama warga dan komunitas, menerbitkan buku, dan sebagainya.
Gerak Progresif HMI Metro beberapa kepengurusan saat ini tentu harus meninggalkan ruang kritik guna perbaikan bersama. Dengan adanya kritik tersebutlah HMI akan senantiasa memudakan dirinya.
Kritik untuk Masa Depan; Keterbukaan dan Sadar Diri
Sepanjang HMI berjalan penulis melihat terdapat hal yang perlu diperbaiki. Pertama terkaitKeterbukaan, dan ini menjadi vital dalam membangun peradaban, lebih kecil lagi yaitu organisasi. Keterbukaan terkait apa saja yang ada, baik informasi, kultur, budaya dan sebagianya. Dari tingkatan terkecil yaitu sesama anggota hingga masyarakat.
Misal saja terbuka terhadap gerakan kreatif yang muncul saat ini. HMI harus menerima bahwa saat ini gerakannya hampir tenggelam bersama zaman. Kehadirannya di tengah masyarakat nampak surut dan tak lagi ditunggu. Ketidak berdayaan ini membuat sebaiknya HMI harus menerima bahwa dunia semakin berkembang dan muncul gerakan-gerakan baru yang aktif memperjuangkan masyarakat dengan melibatkan warga, missal Wathcdoc,Komunitas-komunitas kreatif dan sebagainya.
Sebagai organisasi besar dan tua sebenarnya kita harus mengakui telah kalah membaca keadaan. Terobosan-terobosan HMI tumpul untuk warga, justru terkadang tajam untuk penguasa. Dengan menyadari seperti itu, kedepan diperlukan pembacaan ulang ditubuh HMI itu sendiri. Rekontruksi sangat diperlukan demi menjaga eksistensi HMI di tubuh masyarakat.
Memang tidak heran kenapa keterbukaan menjadi krusial dibahas dalam tulisan ini. Pertama perlu dipahami bahwa dengan kultur HMI yang kental dengan nuansa politik ketimbang akademis, mengakibatkan organ didalamnya selalu berfikir layaknya politisi; Berhati-hati dan terlalu menyimpan banyak rahasia. Kental berfikir politis inilah yang membangun tembok didalam ruang keterbukaan.
Akhirnya zona terdepan disetiap perlawan hilang meninggalkan si kakek tua. Bahkan terkadang tutup telinga dan tutup mata.
Kedua, Sadar Diri, bagian ini sebenarnya ini ditujukan kepada alumni HMI. Saya memahami bahwa tak mungkin HMI dapat berdiri mandiri tanpa adanya kehadiran Alumni. Namun, dalam konteks pengembangan dan penentuan sikap berorganisasi HMI sangat dibutuhkan tanpa adanya campur tangan alumni HMI. Dan lagi-lagi persoalannya paling besar adalah politik.
Politik itu adalah innate, sejak terlahir bakat pengetahuan politik itu sendiri telah terbangun. Maka tak perlu lagi alumni HMI mengajak anggota HMI berlajar tentang politik. Memang Penting untuk anggota HMI mengasah jiwa politik, namun ketika dominansi akademis kader sebagai alat perjuangan runtuh maka sama saja mengamini HMI untuk berlari ditempat.
Terus bagaimana peran alumni? Jika kemudian alumni adalah anggota HMI yang telah melewati proses pengkaderan lebih dahulu. Maka mereka yang mampu memberikan saran dari kekurangan-kekurangan di setiap periode. Tentu terkait bagaimana anggota HMI dapat membangun ilmu pengetahuan sebagai alat perjuangan.
Penulis menyakini benar bahwa peradaban yang dibangun dengan ilmu pengetahuan paling tidak akan hidup lebih lama dari pada butir-butir pondasi nya berawal dari politik. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi pengetahuan baru yang selalu diskursuskan bagi keluarga besar HMI, dan menjadi suplemen untuk yang diberikan amanat sebagai nahkoda kepemimpinan HMI Metro selanjutnya.
Penulis senantiasa percaya bahwa esok HMI akan menemukan jalan pulang sebagai rumah perjuangan rakyat. Sebagaimana tagline HMI tahun lalu, “HMI Untuk Rakyat Karya Nyata Untuk Indonesia”.
tulisan ini diterbitkan oleh pojoksamber.com

0 komentar :