Etika Kepemimpinan ditubuh HMI Saat Ini

HMI adalah organisasi mahasiswa Islam yang lahir dari ‘rahim’ Indonesia merdeka yang sedang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan melalui revolusi kemerdekaan. Pada saat yang sama, para “founding fathers” HMI juga diinspirasi dan dimotivasi oleh esensi dasar ajaran Islam yang mengandung nilai-nilai luhur kemanusian, menunjung tinggi kemerdekaan dan keadilan. Latar belakang ini-lah yang membentuk watak dasar atau jati diri HMI yang memiliki komitmen keindonesiaan dan keislaman sekaligus.

Sebagai organisasi mahasiswa, fungsi yang paling pas dijalankan oleh HMI adalah sebagai organisasi kader. Proses kaderisasi HMI secara esensial adalah proses pematangan, pendewasaan, penanaman nilai-nilai, pembudayaan dan pencerahan manusia. Kaderisasi juga merupakan proses investasi manusia (human investment). Kaderisasi dalam pengertian dan dimensi yang luas adalah inti dan ruh dari kegiatan-kegiatan HMI dalam rangka menghasilkan sosok manusia Muslim yang memiliki karakter kecendekiawanan, keilmuan, profesionalitas, dan kepemimpinan bagi umat dan bangsa. Mereka inilah yang mengembang tanggungjawab dan tugas suci (mission sacre) untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang universal. Dalam konteks ini, Islam adalah sumber nilai, sumber inspirasi dan sumber motivasi dalam perjuangan mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan. “Ideologi” HMI bersumber dari nilai-nilai esensial Islam yang universal.
Kader HMI tidak bisa terlepaskan dengan ummat sekalipun ia organisasi mahasiswa, karena tujuan awal lahirnya HMI itu sendiri, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mensyiarkan ajaran Islam. Jadi HMI akan selalu bergandengan dengan masyarakat atau ummat untuk mencapai tujuan organisasi itu, salah satu faktor kemunduran HMI disebabkan kader HMI jarang membuat aktivitas yang melibatkan masyarakat, [1] sehingga kita tidak heran jika ada masyarakat yang tidak mengenal HMI sekalipun HMI termasuk organisasi tertua di Negara yang kita cintai ini, yaitu Indonesia.

Jika kita lihat latar belakang mulanya berdiri organisasi mahasiswa ini, tidak lain untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mempertinggi derajat ummat Islam. Tujuan dasar inilah yang selalu membuat kader HMI merasa bertanggung jawab untuk mengemban missi itu, secara sederhana jika kita lihat para kader HMI sudah berada di segala sisi, mulai dari, Pegawai, Pengusaha, Dosen, dan lain sebagainya. Semua itu diharapkan untuk bisa mencapai missi HMI sendiri. [2]

Tanggungjawab kader HMI untuk menjaga nama baik negara ini sangat besar, sehingga tidak ada kata tidak bagi kader HMI lari dari tanggungjawab itu, sebab kader HMI mempunyai tanggung jawab yang berat yaitu sebagai kader ummat dan kader bangsa.

Hari ini masalah kader HMI menjadi perbincangan yang tidak habis-habis oleh masyarakat maupun di dalam internal HMI sendiri. Sering sekali kader HMI bersikap anarkisme ketika ia dihadapkan dengan masalah dan kekecewaan, termasuk ketika berlangsungnya kongres.  Dinamika kongres HMI dalam beberapa tahun terakhir bukan saja keras namun juga rusuh. Hampir di setiap kongres HMI terjadi kerusuhan. Kerusuhan bisa dibilang menjadi tradisi baru di kongres HMI.

Maka timbul pertanyaan dalam benak penulis apakah penyebab terjadinya kasus-kasus seperti di atas. Perlu dipikirkan, pada hakikatnya pernan Kepemimpinan sangat urgen dalam mengontrol prilaku kader HMI, sehingga ia bisa mengontrol hawa nafsunya dan bukan dikontrol hawa nafsu itu sendiri.

Dari latar belakang  yang telah dikemukakan maka dapat dibuat rumusan masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:

1.      Apakah adanya relevansi sejarah terhadap etika kepemimpinan ditubuh HMI : belajar dari suksesi kongres HMI ke-28 dan 29 ?

Download Makalah Disini

0 komentar :