Minyak Joko Wi !!! Kerja Kerja Kerja



Minyak Joko Wi !!! Kerja Kerja Kerja

Sejarah awal karir bapak perminyakan bangsa sangat mengesankan, belum genap 100 hari rakyat dibuat gonjang-ganjing dengan minyak nya. Minyak dari tanah bangsanya sendiri yang dijadikan komiditi yang subur untuk kepentingan jokowi dan ‘rakyat nya’.

Menggelitik melihat alasan bapak minyak indonesia si Joko wi senin lalu (19/11), dengan tenang tanpa ragu melantangkan di dalam gedung-gedung penuh sekat. “Negara membutuhkan untuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Anggaran ini tidak tersedia karena dihamburkan  untuk subsidi bbm” alasan jokowi menaikan BBM saat konrensi pers di istana.

Disaat harga minyak dunia turun si Joko wi tetap menaikkan minyaknya anak bangsa. Disaat BBM menjadi kebutuhan primer wong cilik, Kenapa harus membayar. Seperti kata pramoedya ananta tour Wawancara dengan Majalah Forum Keadilan pada Maret 2000 “Padahal minyak itu kan cukup menggali di tanah air sendiri”. Lupa akan pesan undang-undang dasar 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa “air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pemimpin negara dengan segenap sayap-sayapnya muncul sebagai sosok pahlawan kemalaman dengan penuh otoritas berdalih menyelamatkan bangsa. Karena tanpa dengan kenaikan BBM infrastruktur, pendidikan dan kesehatan tak akan berjalan ?

Sebagai gantinya jokowi sedia paket kartu keluarga, paket indonesia sehat, kartu indonesia pintar, yang dapat segera digunakan untuk jaga daya beli rakyat (kompas, 17/11/2014), yang sama sekali tak ada tali relasi nya. Setahap demi setahap negara mencoba membangun kokoh tembok sekat dengan wong cilik seberang jalan istana.

Dibalik itu pihak asing tak dipungkiri menjadi penyebab awal melihat dominansi perusahaan asing di Indonesia akibat pemerintah gagal dalam mengelola industri minyak nasional. Ketertundukkan pemerintah pada pihak asing ini harus dibayar mahal oleh rakyat.

Rakyat Joko wi ?
Pasca negara tahun 1998 silam menandakan kedaulatan rakyat berada diatas segalanya. Sebagaimana demokrasi diartikulasikan “dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat”. Rakyat dijadikan sentris kebijakan negara (pemerintah). Negara dalam peranya menjunjung tinggi hak-hak rakyat, dengan demikian tugas negara menjadi jantung masyarakat.

Senin malam lalu, rakyat di bangunkan dari lelah dan keringat yang belum sempat kering di badan. Jokowi akhirnya mengumumkan kenaikan BBM demi kepentingan rakyat. Rakyat nusantara sontak terkejut mendengarkan bak petir menyambar di ubun-ubun.

Seiring berlalu teringat kata Pramodya Ananta Tour puluhan tahun silam, “orba mengatakan x, artinya pasti minus x, bisa y atau p”. Pram menggambarkan pejabat negara zaman orba yang berfikir terbalik. Saat Pram ingin di bawa kejakarta dari pulau buru, dan sudah ditebak pasti bukan dijakarta.

Dan ‘x, berarti minus x“ nampaknya masih terjangkit sisa-sisa orba di negara Joko Wi. Misal, Jika negara mengeluarkan kebijakan untuk “rakyat”. Bisa saja yang dimaksud ‘rakyat’ keluarga, kerabat, ataupun kolega rezimnya.

Kepentingan menaikkan bbm mulai dipertanyakan, untuk rakyat mana bbm dinaik kan ?

Jokowi: Wong Cilik Kerja kerja kerja !!!

Semenjak diberlakukannya kenaikan bbm sekitar 30 % tertanggal 18 November 014. Joko wi menabuh gendang culturstetsel kompeni ala si joko. Kaum marhen atau yang sering didengungkan sebagai wong cilik, menjerit tak karuan di sudut-sudut tumpukan sampah si elite negara.

Kaum marhein dibangunkan sejak dini hari untuk berangkat kerja dibalik selimut embun pagi dengan mesin ciptaan tuhan (kaki). Wong cilik berlari-lari mengangkut hasil bumi dari badan gunung. wong cilik  mengais tanah kering di sawah. wong cilik menyapu di jalan-jalan trotar.

Wong cilik diperlakukan sama saat kompeni mulai merangsak nusantara dengan Menjajah hak-hak primer. Tak ada lagi petani membajak sawah dengan trotoar, anak-anak berseragam harus bersabar berjam-jam sampai digubuk-gubuk sekolah.

Dan akan tergambar dengan jelas ungkapan iwan fals dilirik lagunya “Galang Rambu Anarki”. Maafkan kedua orangtuamu, Kalau tak mampu beli susu, Bbm naik tinggi, Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi, Mungkin bayi kurang gizi (anak kami).

Maka pantas berlaku kata pram, “Si penipu tetap penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya”

Salam untuk wong cilik di istana !!!

0 komentar :