BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Semenjak terlahir ditanah pertiwi, HMI merupakan salah satu organisasi
yang peduli antar sesama bahkan satu-satunya organisasi yang slalu berkomitmen
untuk menyuarakan kebenaran dan membela masyarakat lemah
Dan selama itu pula HMI telah banyak mengoreskan tinta-tinta emasnya perjuanganya
lewat para kader-kadernya melalui kekuatan fisiknya saat mempertahankan NKRI
dari para komunis, kolonialis dan antek-anteknya hingga gagasan-gagasan baru para
kader dalam menjawab permasalahan sosial yang melanda masyarakat. Oleh karna
itulah, fungsi dan peran HMI yang sangat vital dalam masalah keislaman,
keumatan, kekebangsaan.
Nampak dari fungsi dan perannya selama ini dalam masalah keislaman yang
ditandai dengan munculnya ideologi-ideologi perjuangan HMI. Tercatat HMI telah
memiliki 11 naskah atau dokumen sebagai ideologi doktrin perjuangan, dari 11
dokumen naskah NDP(nilai-nilai dasar perjuangan) lahir sebagai ideologi doktrin
perjuangan sebagai pegangan kader HMI yang merupakan perwujudan dasar-dasar
keislaman dalam setiap perjuangan. Dalam masalah keumatan, HMI telah
membuktikan dirinya sebagai sebagai wadah yang menciptakan kader-kader yang
peduli sesama makhluk ciptaan, yang sesuai dengan fitrah nya. Dalam masalah kebangsaan,
HMI ikut serta dalam mempertahankan NKRI dari antek-antek kolonialis, komunis dan
kawan-kawanya.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis membatasi ruang masalah agar lebih terarah.
Pembatasan tersebut ialah
1.
Bagaimana fungsi dan Peran kader HMI sejak dulu hingga
sekarang
2.
Prospek HMI ke depan
BAB 2
PEMBAHASAN
“ FUNGSI
dan PERAN KADER HMI dalam MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN”
1. FUNGSI HMI
HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)
HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang
berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas yang
dilakukan pada dasarnya merupakan proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan
hanya selalu membentuk kader-kader muslim intelektual yang profesional.
Dalam Anggaran Dasar, Pasal 8 dikatakan bahwa "HMI
berfungsi sebagai organisasi kader". Dalam pedoman perkaderan dikatakan
bahwa, Kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan
akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Hal ini dijelaskan
dalam ciri-ciri komulatif seorang kader HMI, yaitu: Pertama, seorang
kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan main
organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Dari segi
nilai, aturan itu adalah NDP, sedang dari segi operationalisasi organisasi
adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan, dan pedoman serta ketentuan organisasi
lainnya. Kedua, seorang kader memiliki komitmen yang terus menerus
(permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah
(konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga,
seorang kader memiliki bobot yang dan kualitas sebagai tulang punggung atau
kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi
fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang
kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial
lingkungannya dan mampu melakukan social engineering.
Sedang dalam Pasal 9 Anggaran dasar disebutkan "HMI
berperan sebagai organisasi perjuangan". Sebagaimana di atas, baik secara
organisatoris maupun etis adalah kewajiban bagi kader HMI untuk komit terhadap
Islam dan HMI adalah alatnya, alat perjuangan untuk mentransformasikan
nilai-nilai ke-Islaman yang membebaskan (liberation force), dan memiliki
keberpihakan yang jelas terhadap kaum miskin (dhu’afa) dan kaum
tertindas (mustradzafin). Perubahan bagi HMI merupakan keharusan, demi
tercapainya idealisme ke-Islaman, maka HMI bertekad menjadikan Islam sebagaiu
doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transendental,
humanis, dan inklusif. Dengan demikian Kader-kader HMI harus berani menegakkan
nilai-nilai kebenaran dan keadilanserta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat
perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber
kebenaran yang paling hakiki.
Jelaslah kiranya bahwa dalam rumusan tujuan HMI yang tadi
kita katakan terbagi dua yakni "insan cita" dan "masyarakat
cita" secara eksplisit berbicara tentang fungsi perkaderan dan peran
perjuangan. Dan tujuan HMI tidak akan pernah tercapai bila dalam prosesnya
tidak sinambung antara keduanya. Fungsi dan peran adalah dua sisi mata koin (two
side of coin) tujuan. Bahwa mustahil ada perubahan ke arah yang benar,
kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak kita. maka akan terasa hambar berbicara
sosial jika masalah personal masih saja menggerogoti kita. Dalam bahasa kita
sehari hari, internalisasi dahulu baru ekternalisasi atau obyektifikasi,
pengabdian mengharap ridho-Nya.
Dan akhirnya, tujuan jelas diperlukan oleh suatu organisasi
sehingga setiap usahanya yang dilakukannya dapat dilaksanakan secara terencana,
teratur, terarah dan sistematis. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh
motivasi dasar pembentukannya, status, sifat, fungsi dan perannya secara
integral dalam totalitas dimana ia berada.
Islam bagi HMI adalah sebagai sumber nilai, motivasi,
inspirasi. Keyakinan akan kebenaran Islam menjadikan HMI secara sadar memilih
Islam sebagai asasnya (vide Pasal 3 AD). Oleh karenanya Islam bagi HMI
merupakan pijakannya dalam menetapkan tujuan. Status HMI sebagai organisasi
mahasiswa (vide Pasal 7 AD) memberi petunjuk dimana HMI berspesialisasi.
Spesialisasi inilah yang disebut dengan fungsi HMI yakni sebagai organisasi
kader (vide Pasal 8 AD), karena mahasiswa adalah kelompok elit dalam totalitas
generasi muda yang harus mempersiapkan diri dalam menerima tongkat estafet
kepemimpinan bangsa dan generasi yang akan datang. Maka fungsi kaderisasi
mahasiswa merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai kelompok elit, mahasiswa
memiliki tanggung jawab yang besar, karena itu dengan sifat dan wataknya yang
kritis, mahasiswa kemudian berperan sebagai moral force yang senantiasa
melaksanakan fungsi social control. Untuk itu, mahasiswa harus bersikap
independent dan hanya berpihak pada kebenaran dan keadilan serta obyektifitas.
HMI yang melakukan fungsi kaderisasi mahasiswa pun harus menjiwai dan dijiwai
sifat independen (vide Pasal 6 AD). Fungsi kaderisasi dalam membentuk apa yang
disebut HMI sebagai insan cita (insan kamil ala HMI) tidak lain adalah
upaya untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya, yakni kehidupan
yang seimbang dan terpadu antara jasmani dan ruhani, akal dan kalbu, individu
dan masyarakat, iman dan ilmu, demi mencapai kebahagiaan di dunia dan ukhrowi.
Demi mencapai kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya itu, maka dibutuhkan
sebuah kerja kemanusiaan (amal shaleh), yang tertuang dalam peran HMI sebagai
organisasi perjuangan (vide Pasal 9 AD), yakni peran yang diemban dalam
melakukan internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi nilai-nilai
ke-Islaman. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana dengan benar dan sempurna
apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengetahuan. Karena inilah
hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan
berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal shaleh).
Pengabdian dalam bentuk kerja kemanusiaan inilah hakekat tujuan hidup manusia,
sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
2. PERAN HMI
HMI berperan sebagai Organisasi
Perjuangan (pasal 9 AD HMI)
HMI sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu
berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan
profesional dimana outputnya ditujukan untuk kepentingan bangsa secara
keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat bermanfaat bagi seluruh golongan
yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan dengan koridor misi HMI.
Dalam perjuangannya hmi terbagi dalam
beberapa fase.
A. HMI dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi
pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan
mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet
Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan
mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut
anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat
dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda. Sebagai nak umat dan
anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi mempertahankan negara
Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti
pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang
berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh
karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.
B. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan
Konsolidasi Bangsa
Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun
yang merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri.
Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan
sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran
komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang komunis. Persoalan
komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI,
akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh
utama yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang
non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila.
Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang
sah. Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di
Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil
adalah :
1) Menyerukan kepada
khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang akan datang
2) Menyerukan kepada
partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan keruncingan, tidak saling
menyerang
3) Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai
Islam yang disenangi Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI
mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di
konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia. Ketika
Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada tuduhan
bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar
Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang
diambil HMI, yaitu
(1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ?
(2) HMI setuju pancasila atau tidak ? dan
(3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
1) Ya, HMI mendukung Manipol/ Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan
dengan Piagam Jakarta
3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil
makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa Dengan melakukan pendekatan-pendekatan
itu maka HMI dapat terselamatkan, isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI
tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.
C. HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde
Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam
dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat
mempertahankan eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari, entah lusa
nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham
dan ajaran komunis, sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik
yang besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI
karena merupakan salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI
dilakukan PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik
pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin
Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah
internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat
Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya. Puncak dari usaha PKI untuk merebut
kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia adalah dengan melakukan
pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut
dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali
Pangkostrad yang merupakan jabatan strategis,), dan menghabisi para perwira
itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan
tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI
pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut
membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu
sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai
Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang
ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dan HMI
ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw
PKI.
D. HMI dalam Fase Pembangunan dan
Modernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas
insan cita, yang karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi
yang dilandasi oleh iman serta diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian
para kader ini akan dapat dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan
negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan Dalam menjalani peran
tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru sebenarnya lebih dominan
faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh
perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran
kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi
dua yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya
Majelis Penyelamat Organisasi.
E. HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan
bangsa yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini
reformasi masih berupa angan yang belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan
arah, karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan,
tetapi dengan harapan berumur panjang. Peran HMI dalam reformasi banyak
dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI
yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI
seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy.
BAB 3
PROSPEK HMI KE DEPAN
Telah sering di gambarkan bahwa masa depan hmi cerah
dan gemilang. Hal ini beralasan karna berbagai fakto pendukung, seperti
misalnya bangunan jaringan hmi, alumni-alumninya yang sudah mapan menempati posisi
kenegaraan, jumlah anggota yang banyak dan banyak memiliki peran dan berkiprah
aktif sejak awal berdiri. Berdasarkan pengalaman itu disadari bahwa
kegemilangan hmi dilakukan denan perjuangan yang keras dan pantang menyerah. Seluruh
anggota dan pengurus bersatu padu memajukan hmi, mulai dari tingkat komisariat
hinga tingkat pengurus besar termasuk para alumninya. Dengan demikian bila kita
menginginkan HMI tetap eksis dan memberikan kontribuksi yang bermakna terhadap
kehidupan manusia , umat, bangsa dan islam maka kita harus bekerja keras,
tekun, tabah, ulet, terencana, dan teratur. Prospek hmi ke depan tetap cerah
secerah terik matahari. Namun demikian smuanya harus ilakukan dengan kerja
keras.
Guna mencapai masa depan cerah nan gemilang yang
harus dilakukan HMI menurut drs. Solichin di dalam bukunya ” hmi candradimuka
mahasiswa,” adalah:
1) Membina
dan menegakkan orisinalitas sejarah dan pemikiran HMI
2) Membiasakan
berfikir secara otonom HMI
3) Melakukan
konsolidasi organisasi secara berkesinambungan
4) Membentuk
kader yang tangguh dan tanggap
5) Berprestasi
dalam bidang studi
6) Mau
melakukan instropeksi
7) Bekerja
sama dengan pihak lain
8) Tidak
cepat puas terhadap capain yang ada
9)
Motivasi harus
lurus, artinya masuk HMI adlah untuk pengapdian dan perjuangan yang didedikasikan
utuk umat, bangsa, islam, dan mahasiswa.
Selain melakukan hal-hal tersebut, HMI harus perlu
memperhatikan faktor-faktor strategis yaitu:
a.
Perkuat Basis (Back to Campus)
Harus
disadari oleh segenap kader HMI bahwa basis organisasi HMI adalah dikampus
dalam bentuk komisariat sebagai ujung tombak perjuangan HMI. Karena itu
perkaderan harus di tingkatkan, baik dari segikualitas maupun kuantitasnya, di
kampus-kampus. Sistem perkaderan juga harus ditata ulang dengan memperhatikan
lingkungan strategis yang berpengaruh, yaitu:
·
Demokratisasi.
·
Kompetisi
·
Sistem
pendidikan
·
Informasi
·
Citra
·
Staus, fungsi,
dan peranan organisasi
b.
Alih Paradigma: Ideologis
dan Profesional
HMI
yang didesain untuk menciptakan insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT, harus menyadari untuk segera merubah
paradigmanya, yaitu: sekaligus idealogis dan profofesionalisme. Untuk itu, hmi
harus mampu mengaktualisasikan tujuanya sesuai kebutuhan zaman di samping mampu
menciptakan instrumen-instrumen yang penunjangnya. Sehubungan dengan pardigma profesionalisme,
ada tiga hal yang perlu dibangun dan dibenahi. Yaitu bagaimana kader hmi mampu
menguasai secara mendalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki
ketrampilan atau skill yang dibutuhkan oleh zamanya.
Kaitanya
dengan alih paradigma ini, maka lembaga pengembangan profesi (LPP) dalam HMI
harus diperkuat karena lembaga LPP mampu mewadahi dan mengarahkan berbagai
minat mahasiswa menjadi tenaga-tenaga terampil yang siap berkompetisi dalam
setiap medan dan tantangan. Selain itu LPP ini juga diharapkan mampu menjadi
solusi terhadap upaya perampingan struktur organisasi HMI sehingga dapat
bergerak lebih gesit dan responsif.
c.
Konsolidasi
Konsolidasi
organisasi adalah masalah besar sepanjang masa yang di maksud sebagai upaya
memperkuat organisasi HMI dalam berbagai aspek. Konsolidasi dapat dilakukan
dengan cara mempererat tali silaturahmi sesama kader HMI baik yang masih aktif
maupun tidak ataupun kader yang sudah
alumni. Untuk menyamakan persepsi dan
kemauan membangun isu besar yang strategis untuk kepentingan HMI dalam upaya reexsistence HMI. Insya Allah dengan
konsolidasi ini tidak akan munculnya benih konflik apalagi tumbuh konflik.
Gantinya adalah semangat persaudaraan senasib sepenanggungan dan seperjuangan
menuju tujuan yang diciptakan.
Dalam hubungan ini dapat dirumuskan lima atau
panca tugas organisasi, yaitu memelihara dan menciptakan sumber potensi,
mengolah potensi menjadi kekuatan, memelihara dan mempertinggi kualitas
kekuatan, meyediakan kekuatan setiap waktu diperlukan organisasi, hingga
merupakan kekuatan yang siap dipakai.
d.
Tingkatkan Kinerja
Kinerja yang baik akan menghasilkan
sesuatu yang baik. Agar HMI mampu mencapai hasil yang baik dari masa ke masa
sebelumnya maka HMI harus meningkatkan kinerjanya. Tentu saja kinerja yang
ditunjukan oleh HMI berfokus pada bidang kemahasiswaan, keislaman, keumatan/
kebangsaan.
Dalam upaya meningkatkan kinerja,
HMI harus memiliki ukuran-ukuran, baik dari segi output maupun outcome. Dengan
ukuran-ukuran yang jelas dengan ini langkah HMI enjadi lebih tertata dan
sistematis.
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari pembahasan
diatas bahwa fungsi dan peran HMI di setiap zaman berbeda-beda mengikuti
perkembangan zaman.
SARAN
Dikarnakan fungsi dan peranan HMI yang
sangat vital di negeri ini. Diharapkan para kader-kader HMI sebagai penurus
tongkat estafet kepemimpinan diharapkan untuk terus melakukan terobosan-terobosan
baru dalam menjawab tantangan zaman ini. Dan dikarnakan oleh itu kita sebagai
kader HMI turut wajib dan senantiasa
berkomitmen untuk terus membangun bumi persada ini.
1 komentar :
Where to Play the Slot Machine at a Casinos - DrMCD
How 남원 출장안마 to Find 전주 출장마사지 the Best Slot Machines for Your Slots. Some are the best 의정부 출장안마 slots at casinos, and many others are 천안 출장안마 just a couple of clicks away. This is 강릉 출장마사지 where to
Post a Comment